Memilih Jurusan dan Karir yang Tepat: Sebuah Pengalaman Pribadi – Bagian 1

46
24146
Career

Tahun terakhir SMA (saat-saat akan masuk kuliah S1) adalah waktu yang sibuk dan cukup menekan untuk saya. Di samping harus mempersiapkan Ujian Nasional dari Pemerintah, Ujian Sekolah – baik dengan belajar di rumah, di sekolah serta di bimbingan belajar yang rasanya tidak selesai-selesai (setiap hari saya bisa les 2-3 mata pelajaran berturut-turut) – saya juga harus memilih jurusan dan universitas. Rasanya bisa lulus SMA saja sudah merupakan suatu prestasi luar biasa dan cukup membuat deg-degan apakah saya bisa lulus atau tidak.

Betapa tidak, saat itu saya termasuk di daftar siswa yang pernah dipanggil kepala sekolah karena nilai Fisika dan Kimia saya yang kurang memuaskan dan karena saya ada di jurusan IPA, ini merupakan suatu hal yang penting. Untungnya setelah bergulat dengan soal-soal IPA yang rasanya tidak ada habisnya, saya lulus SMA dengan nilai cukup memuaskan. Merdeka!

Nah, saya tentu saja harus memilih jurusan sebelum lulus karena saat itu (dan saya yakin saat-saat sekarang trennya juga begitu) para institusi pendidikan tinggi sudah berlomba-lomba membuka pendaftaran lebih awal, bahkan dengan diskon early bird, di mana kalau kita mendaftar lebih awal, kita dapat potongan harga.

Memilih Jurusan dan Universitas

Pertanyaan paling penting: apa yang ingin saya pelajari? Apa jurusan yang mau saya geluti selama 3-4 tahun ke depan?

Saat SMP dan SMA, saya sudah bingung memikirkan hal ini, sudah tidak sabar ingin cepat-cepat kuliah, menjadi dewasa dan mandiri. Saya sering ikut tes minat dan bakat serta tes IQ walaupun kadang-kadang hasilnya (rasanya) kurang akurat karena salah satu jurusan yang dianjurkan adalah matematika (salah satu mata pelajaran momok).

Di dalam hati, saya menyimpan impian, saya sangat ingin menjadi seorang perancang busana sukses. Dari kecil, saya juga hobi menggambar dan membaca majalah-majalah wanita seperti Femina, Dewi, Elle, dan Vogue.

Saya sudah mencari informasi tentang program desain busana dan hampir mengikuti tes masuk untuk kuliah di sebuah institut di Singapura ketika orangtua menyatakan keberatan mereka. Mereka ingin saya kuliah di Indonesia. Alasannya, mereka mengganggap saya belum bisa dilepas sendiri. Mereka takut saya tidak betah dan minta pulang. Saat itu saya mendengar pendapat mereka dan menyetujuinya; saya memang merasa belum siap secara mental untuk tinggal sendiri di negara asing. Kedengarannya cengeng, tetapi persiapan mental memang merupakan sesuatu yang harus dimiliki seseorang untuk dapat sukses kuliah dan tinggal di luar negeri.

Pada saat itu, saya tidak menemukan program S1 di bidang desain busana di Indonesia yang kelihatannya cocok. Maka, saya memilih secara acak program S1 lain yang kelihatannya menarik dan tersedia di universitas yang saya mau. Saat itu merupakan saat-saat yang cukup kacau, satu keluarga saya berkumpul membantu saya memilih jurusan. Mereka menyarankan program Bahasa dan Sastra Inggris, alasannya karena saya selalu dapat nilai bagus di pelajaran Bahasa Inggris, jomplang jika dibandingkan dengan nilai di pelajaran MaFiA (Matematika, Fisika, Kimia). Saya juga hobi membaca novel dalam bahasa Inggris. Di brosur, pilihan karirnya juga cukup beragam: menjadi guru, penerjemah, dosen, sekretaris, entrepreneur, kerja di industri pariwisata, dll. Akhirnya saya memilih Sastra Inggris sebagai pilihan pertama karena berpikir mungkin bisa kerja di perusahaan apapun dengan jurusan fleksibel seperti Sastra Inggris ini. Selamat tinggal, MaFiA! Saya tidak punya ekspektasi apa-apa. Saya cuma ingin kuliah dan dapat gelar S1.

Kuliah Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris

Sangat mengejutkan bagi saya ketika saya menjalani kuliah di program Bahasa dan Sastra Inggris ini. Saya sangat amat menikmatinya! Saya dapat dengan lancar berpartisipasi dalam semua diskusi kelas. Saya merasa menemukan dunia baru yang mengasyikkan dalam diskusi-diskusi kelas, khususnya dalam diskusi sastra. Ketika ada pembagian konsentrasi dalam jurusan ini (antara sastra, linguistik, dan pendidikan guru), tanpa ragu saya memilih sastra dengan satu tujuan: menjadi editor buku saat lulus nanti karena saya tahu sangat sedikit opsi karir untuk sastra. Naifnya, saya tidak punya cadangan karir lain. Saya cuma ingin menjadi editor buku fiksi, kalau bisa bahkan buku dalam bahasa Inggris, titik. Saya merasa jika saya sungguh-sungguh menginginkan sesuatu dan mau bekerja sekeras mungkin, peluang pasti muncul.

Pengalaman kuliah S1 ini sangat berkesan. Dari bukan siapa-siapa di SMA, saya menjadi lulusan terbaik dari fakultas saya dan berpengalaman menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan di jurusan saya, serta berpidato dalam upacara kelulusan universitas waktu itu. Saya sangat bersyukur atas lingkungan belajar yang suportif dan stimulatif, yang membuat rasa percaya diri saya yang lemah dapat meningkat.

Mencari Pekerjaan!

Saat sidang akhir selesai, saya tahu saat mencari pekerjaan tiba. Saya kurang berpengalaman saat itu, saya hanya pernah sekali kerja paruh waktu menjadi guru les Inggris saat semester terakhir. Kalau saya tahu sejak dulu, saya akan lebih aktif mencari kerja sambil kuliah untuk mempersiapkan karir lebih dini, sekaligus mencoba-coba pekerjaan di berbagai bidang. Perjuangan masih panjang setelah lulus S1. Sesungguhnya, perjuangan yang sebenarnya baru dimulai karena menurut pengalaman saya, jurusan di S1 tidak selalu berbanding lurus dengan karir.

Setelah menamatkan S1, di ijazah saya, yang tercetak adalah S.Pd (Sarjana Pendidikan) dan resume saya menunjukkan saya lulusan terbaik Fakultas Pendidikan walaupun saya tidak pernah mempelajari cara menjadi guru barang sedikitpun di kuliah (Sastra dan Bahasa Inggris berganti nama menjadi Pendidikan Bahasa Inggris). Alhasil, setiap kali saya melamar kerja menjadi guru bahasa Inggris, saya selalu dipanggil wawancara atau tes mengajar. Memang, IPK dan gelar yang bagus selalu membuka jalan ke tahap paling pertama.

Walaupun terlambat, saya menyadari situasi bursa kerja yang nyata. Profesi pendidik sedang amat dibutuhkan. Banyak anak masuk sekolah, sekolah-sekolah dibuka, bertebaran dan berkompetisi menarik murid di mana-mana. Sekolah nasional plus juga memberikan gaji yang lumayan besar untuk guru-guru. Guru juga merupakan suatu profesi yang cukup terhormat. Dibandingkan dengan industri penerbitan buku di Indonesia yang didominasi sebuah penerbit besar, industri pendidikan tentu saja menawarkan peluang kerja yang lebih banyak dan lebih baik.

Saya sangat mencintai buku dan dunianya, tetapi karena setelah beberapa bulan terkatung-katung melamar kerja dan selalu tidak berhasil melamar kerja di bidang penerbitan buku (entah karena lokasi yang jauh menurut saya, keberatan dari pihak penerbit, atau apapun itu), saya menyerah dan mau mencoba menjadi guru. Guru kan juga harus banyak membaca, saya pikir. Tiga bulan pertama dari program pelatihan guru di sebuah sekolah nasional plus, saya keluar. Tidak sanggup, rasanya ada beban mental dalam mengajar murid-murid SD, jika saya salah mengajar mereka menambah-mengurangi-mengali-membagi, bagaimana nasib mereka nanti saya pikir.

Sebuah kesempatan menjadi penerjemah datang dari kenalan saya. Saya ingat sekali, waktu itu sambil mengobrol, ia bertanya saya ingin jadi apa. Saya jawab menjadi penerjemah mungkin. Kebetulan, ia butuh seseorang untuk menerjemahkan sesuatu katanya. Saya langsung menyanggupi. Akhirnya sambil mencari kerja lain, saya menjadi penerjemah.

Pekerjaan Kedua

Bisa tebak pekerjaan kedua saya? Rupanya saya tidak kapok juga, saya kembali menjadi guru. Tetapi ini profesi guru yang berbeda, karena saya menjadi guru sastra Inggris untuk SMA! Saya mengambil peluang ini karena saya punya guru-guru sastra Inggris yang hebat saat kuliah. Saya sangat suka mereka karena mereka dapat menerangkan sastra dengan sangat mengasyikkan dan jelas. Mungkin ini akan lain, saya pikir. Pada akhirnya memang lain karena saya cukup menikmati mengajar sastra kepada murid-murid SMA. Banyak dari antara mereka kritis dan sudah memiliki fondasi bahasa Inggris yang baik. Mengajar juga jadi menantang untuk saya. Saya jadi belajar menjadi guru yang baik dan bagaimana berinteraksi dengan orang-orang dan kelas yang berbeda.

P.S. Ke mana hidup membawa saya selanjutnya? Temukan kelanjutan kisah Cecilia di Bagian 2…

Photo: Flazingo Photos, used under Creative Commons License.


BAGIKAN
Berita sebelumyaWhy studying abroad is the best decision you will ever make?
Berita berikutnyaMenganalisis Essay untuk LPDP: Sukses Terbesar Dalam Hidupku
Cecilia Liando is currently pursuing her Master Degree in Interpreting and Translation Studies (Translation-Only Stream) at Monash University (Melbourne, Australia). Prior to that, she studied Bachelor of English Education at Universitas Pelita Harapan (Lippo Village, Indonesia), worked as a teacher and freelance translator then spent one year in Peking University (Beijing, China) to learn Mandarin Chinese language. She also completed a Postgraduate Diploma in Editing and Communications at the University of Melbourne (Melbourne, Australia). In her spare time, she knits and makes jewelries.

46 KOMENTAR

      • Kak cecilia,kan aku jurusannya dari Ips nih.aku bingung pengen masuk jurusan apa.jurusan bahasa inggris yg aku sukai mapelnya dari SMP atau ilmu komunikasi karena aku pengen belajar berkomunikasi yg baik karena aku belum terlalu bisa berbicara yg baik aplagi didepan umum?terus perbedaan jurusan bahasa inggris sastra sama pendidikan apa?
        Mohon sarannya ya kak cecilia

  1. Gagal masuk UMPTN? Kuatir nganggur dan
    pengen kerja di hotel berbintang dengan penghasilan 2-3 juta/bulan?
    VICTORIA HOTEL SCHOOL solusinya! JAMINAN 100% PENEMPATAN KERJA. Tunggu
    apalagi? For more info, hub : (0271) 740675 / pin bb 5363D98F, atau
    datang langsung ke alamat Jl. Dr. Radjiman No. 395 Solo.

    http://www.victoriahotelschool.com

  2. Waw, belajar tentang terjemahan? Saya dari dulu tertarik pada terjemahan sejak baca artikel intisari tentang alm. penerjemah Harry Potter versi bahasa Indonesia 😀
    Saya baru sempat menyelesaikan dua proyek buku non fiksi. Pengen mencoba fiksi tapi ternyata kesulitan. Sekarang belum dapat pesanan baru, entahlah, galau kerja, hahaha.

    Saya sekarang sedang aktif sebagai relawan konselor di sebuah LSM. Dari pengalaman itu, sekarang sedang terpikir lanjut studi di Aussie. Tapi rencana masih mentah. Belum tahu mau ambil spesifikasi apa dan universitas mana.

  3. Aku hampir lulus D3 manajemen informatika tahun ini… ada kemauan dari SMA pengen masuk Sastra Inggris… tapi masih ragu, takutnya menyesal tidak mendapat pekerjaan setelah lulus. sementara jika ntar menyambung S1 TI, mungkin sudah ada perusahaan yang menunggu… ini sebuah dilema bagi saya, disisi lain aku ini hobi membaca novel juga sedang menulis novel fiksi sendiri. bahasa Inggris juga sangat aku gemari… Bagaimana? masuk ke S1 TI, khawatir ada penyesalan meninggalkan kesempatan kuliah di Sastra Inggris, kalo masuk disastra Inggris klo lulus tak dapat kerja menyesal juga membuang kesempatan di perusahaan. Sastra Inggris itu juga kampusnya cuma ada diluar daerah kalsel…. menyedihkan sekali, andai punya waktu 6 tahun lagi… kamu punya pendapat cecilia?

    • Sebenarnya ingin jadi apa? Masih muda, masih panjang jalan hidupnya 😉 Dan bekerja tidak harus sesuai pendidikan walaupun itu ideal. Pilihan lain: bekerja di bidang TI sambil menulis novel otodidak atau bekerja menjadi penerjemah bidang TI dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Bagaimana?

  4. hai kak, aku lagi menyelesaikan study s1 ku pendidikan bahasa inggris. setelah ini orangtua mengarahkan untuk lanjut s2. aku terlalu naif dan takut ga dapet pekerjaan karna titleku kurang diminati dan mungkin akan susuah mencari pekerjaan selain jadi pengajar karna basically aku lulusan sarjana pendidikan, makanya aku mau ambil s2 tapi yang gak lanjut ke bidang pendidikan, but still in English. menurut kaka, jurusan apa ya kak yang bisa lanjutin program bahasa inggrisku tapi tidak di bagian pendidikannya. terimakasih 🙂

    • Hai Dewi,
      Iya, memang susah kalau sudah S1 Pendidikan Bahasa Inggris tapi tidak berminat jadi guru atau pekerjaan lain di bidang pendidikan.

      Sebenarnya ada beberapa pilihan karier yang juga sama-sama bergulat dengan Bahasa Inggris, tergantung kamu tertarik di bidang apa, seperti penerjemahan (translation, interpreting), penyuntingan (editing), menulis di majalah, dan masih banyak lagi.

      Kalau kamu mau S2 setelah lulus S1, ada juga beberapa program yang mengizinkan kamu S1-nya tidak berhubungan dengan S2. Coba pikir-pikir dulu, kamu tertariknya dalam bidang apa.

      Memang agak sulit. Saya pribadi juga rasanya tidak setuju dengan nasihat ‘follow your passion’. Coba lihat keseharian kamu, kamu biasanya suka mengerjakan apa, yang tanpa disuruh kamu sudah langsung mengerjakan. Semoga bisa ada ide-ide yang muncul dari situ.

      Salam,
      Cecilia (cecilia.liando@gmail.com)

      • kalo takut salah keputusan gimana ya kak? 🙁 kan aku jurusannya IPA, tapi kalo pindah jurusan IPS utk ambil pend. bhs inggris, takut menyesal.. tapi kalo lanjutin di bidang IPA dan ambil bidang kesehatan takut gasanggup kak 🙁

        • Hai Hanun,

          Bagaimana jika kamu menyelesaikan jurusan IPA kamu lalu masuk jurusan pendidikan bahasa Inggris untuk S1 nanti? Karena pendidikan bahasa Inggris tidak ada di jurusan IPS setahu aku, adanya di bahasa malah. Jadinya salah kalau mau pindah ke jurusan IPS.
          Daripada bingung, coba tekuni jurusan IPA sekarang ini dan coba hadapi dan nikmati mata pelajaran IPA sembari berpikir lebih lanjut dan berdiskusi dengan orang lain.

          Salam,
          Cecilia

  5. hello kak, aku masih SMA sih, hehe. tapi aku suka banget bahasa inggris, dan aku berapa bulan terakhir ini tertarik untuk kuliah di jurusan sastra inggris. yang ingin ku tanya ini kak, jurusan pendidikan bahasa inggris itu gelarnya S.Pd ya? jadi itu masuk ke FKIP-kah kak? lalu apa bedanya jurusan FKIP inggris dengan sastra inggris?

    • Hai Dik Naurah,

      Maaf banget aku baru lihat komentar kamu. Gelar jurusan sastra Inggris itu tergantung universitasnya. Kalau dulu aku masuknya ke Fakultas Ilmu Pendidikan jadi lulusnya jadi Sarjana Pendidikan. Biasanya harusnya jadi Sarjana Sastra kok. Jadi cek dulu yah di universitas yang kamu mau.

  6. Hi ka!
    Aku baru mau masuk SMA sih,aku sangat suka pelajaran bahasa inggris dan sepertinya aku masuk SMA jurusan bhs tp sebenrnya aku masih dilema ingin Mipa/Bhs.gimana pendapat kk?

    • Hai Dik Elvira,

      Maaf karena komentarnya baru aku balas sekarang.

      Tergantung sih sebenarnya itu, kalau kamu senang bahasa Inggris juga bahasa lainnya DAN kelak ingin kerja sesuatu yang berkaitan dengan bahasa, masuk Bahasa tidak apa-apa. Tapi kalau masih tidak tahu dan tidak yakin juga kelak akan kerja apa plus nilai MIPA-nya bagus-bagus juga, ambil MIPA deh sepertinya.

      Soalnya di Indonesia ini biasanya kalau ambil MIPA bisa ke semua jurusan, termasuk yang berkaitan dengan bahasa.

      Jadi intinya kalau kamu tahu semua nilai kamu akan bagus di Bahasa, masuk Bahasa. Kalau semua nilai kamu di MIPA dan Bahasa akan bagus, masuk MIPA (menurut saya).

      Keputusan sekarang di tangan kamu.

  7. Hy kak, cerita kakak menginspirasi banget. Aku juga sekarang kuliah jurusan pendidikan bhasa inggris.. Yg awalnya ini bukan kemauan kedua orang tuaku. Mereka ingin aku dibidang Kesehatan.. Yaa karena nilai MiPa ku juga lumayan, tapi mau gmana lagi aku pengennya cuma bahasa inggris. Akhirnya seleksi SNMPTN aku tetap milih bhasa inggris pilihan pertamaku.
    Tapi… Aku tdak lulus SNMPTN dan mencobamencoba untuk mengikuti SBMPTN dan ttap masih bahasa inggris yg aku pilih. Tapi ini mngecewakan kedua orang tuaku awalnya. Tapi kak aku menyakinkan orang tuaku dengan keras akhirnya aku diizinkan. Penggenya sih setelah kuliah Aku jadi penulis atau Tour guide penerjemah juga bagus..

    Mohon doanya ya kak. Cita2 ku terwujud dan bsa sukses kyak kakak

  8. Kak boleh cerita bagaimana bisa sampai lanjut kuliah di Monash University, apakah dari beasiswa atau mendaftar sendiri

  9. Halo Mbak Adel,

    Terima kasih atas komentar juga pertanyaannya.
    Bagus sekali mbak telah menemukan minatnya di mana.

    Dosen cakupannya masih luas, Mbak.
    Kalau mau menjadi dosen, mau jadi dosen apa, Mbak? Apakah dosen bahasa Inggris, dosen penerjemahan (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia), TEFL, atau apa? Nah, nanti programnya tergantung itu. Karena Mbak sudah berpengalaman mengajar, sekarang tergantung ilmu apa yang mau Mbak ajarkan, kuliah tentang ilmu itu lalu mengajarkan ilmu itu kembali.

    Kalau mau daftar beasiswa S2 memang harus linear, Mbak antara S1 dan S2. S2 English Education atau English Literature atau English Linguistics atau Translation, semuanya bagus. Semuanya menurut saya masih masuk, tergantung tujuan Mbak sekarang apa.

    Kalau ada pertanyaan, kirim ke surel saya saja: cecilia.liando@gmail.com.

    Cecilia

  10. ka saya baru lulus sma, saat ini saya istirahat 1 tahun dulu, insyallah tahun besok mau kuliah. saya masih bingung untuk mengambil jurusan apa saat kuliah nanti. semenjak sma saya kepengen banget pergi ke kampung inggris untuk melancarkan bahasa inggris saya, karna kemampuan bahasa inggris saya kurang tetapi membaca saya sudah lumayan. pertanyaan saya apakah saya bisa mengambil jurusan sastra inggris meskipun kemampuan inggris saya masih kurang ?. tolong bantu jawab pertanyaan saya untuk melanjutkan jurusan apa yang nanti akan saya pilih kak. terimakasih

    • Halo Imam,

      Menurut saya, jika kemampuan Inggris kamu kurang akan menyusahkan jika mengerjakan tugas-tugas kuliah. Coba pikir-pikir apa ada yang kamu sukai dan jago lakukan?
      Seperti yang saya tulis di bagian 2 artikel ini, ada 3 hal yang perlu dipikirkan ketika mencari pekerjaan/profesi yang tepat bagi kita.

      Salam,
      Cecilia

  11. kaa mau nannya. kan ini aku semester 7 pendidikan bahasa inggris. nah kira kira s2 yg cocok ngambil apa ya. aku masi pengen berkecimpug di dunia pendidikan entah sebagai dosen. syukur syukur menteri pendidikan hahaha aammiiin dan pengennya dapet beasiswa keluar negeri ke finlandia atau swedia gitu. ada masukan universitas mana dan jurusan apa?

    • Halo Wenny,

      Maaf yah aku baru sempat lihat komentar kamu. Kalau beasiswa ke Finlandia atau Swedia aku kurang tahu. Mungkin coba berkirim surel dengan mahasiswa/i Indonesia di Finlandia atau Swedia? Sepertinya di Indonesia Mengglobal ada yang pernah menuliskan tentang pengalamannya di sana. Sukses yah!

      BTW, I’m happy to hear that you have found what you want to do!

      Salam,
      Cecilia

  12. Hi Wenny,
    Don’t worry. So many people out there don’t know what they want to do with their life yet, even when they have reached 50. You’re so lucky! Work as hard as you can and let God/fate takes care of you. Give it your best shot. You owe this to yourself! Good luck! I believe you will be alright!

    Cecilia

  13. salam kenal kak cecil, saya prima kristi, cerita kakak sangat menginspirasi krn memberikan kesempatan diri untuk mencoba banyak hal setelah lulus sarjana, saya lulusan S1 pendidikan teknik busana, saya juga berniat melanjutkan S2 di dalam/ luar negeri insyAllah pengen mencoba program beasiswa amin (target), untuk mempersiapkan diri saya mengikuti english class dan program speaking club untuk mengasah skill bahasa saya di salah satu lembaga pendidikan bahasa, awalnya tidak mudah, tapi setiap saya mengingat mimpi saya, itu syarat mutlak yang harus saya kuasai dan menjadi sangat penting di jaman globalisasi ini, disamping itu saat ini saya mendirikan rumah mode dg label sy pribadi, mengajar, dan menjadi penulis buku yang beberapa telah diterbitkan, melelahkan secara fisik memang, namun rasa syukur mendapatkan kesempatan ini bisa menutup itu semua, untuk semua yang saya cita citakan ,saya serahkan pada Allah pemilik skenario hidup yang paling baik,, semoga menginspirasi teman2 yang memiliki mimpi agar tetap semangat

    • Hai Prisma, mohon maaf saya baru membalas. Menurut saya, kisah hidup setiap orang lain-lain. Rasanya jika dilihat dari cerita Prisma, perjuangan Prisma sangat menarik dan inspiratif. Ke depannya semoga makin sukses, yah!

  14. Kak aku sekarang kelas 3 SMA ni.. kemampuan bahasa inggris aku pas pasan,, gimana kalau aku ambil pendidikan bahasa inggris apakah bisa kak ?? Butuh saran

    • Hai Xiou,
      Menurut aku kalau bahasa Inggrisnya pas-pasan jangan masuk jurusan pendidikan bahasa Inggris, nanti keteteran, kecuali kamu dari awal komitmen apapun yang terjadi pasti mau berjuang. Coba dilihat apa yang kamu suka dan kamu jago dulu yah.

  15. Kak mau nanya nih.aku kan uda khursus nih bahasa inggris kurang lebih 1tahun dan aku uda nyajar di sekolah sd. Aku masih lulusan sma jurusan bahasa.. Aku pengen daftar sbmptn tapi bingung pilih sastra inggris atau pendidikan bahasa inggris.seauai inpian ku aku pengen jadi dosen dan apakan bisa lulusan prndidikan ingris jadi dosen dan gimana caranya.. Trima kasih

    • Hai Debby,
      Kalo jadi dosen, sebenarnya kamu bisa jadi dosen sastra bahasa Inggris atau dosen pendidikan bahasa Inggris (dua-duanya cabang dari jurusan bahasa Inggris).
      Kalau kamu suka baca dan menganalisa sastra dalam bahasa Inggris dan suka menulis paper, ambil sastra Inggris.
      Kalau kamu suka mengajar dan ingin lebih tahu tentang anak-anak, ambil pendidikan. Tapi yang ini kariernya harus lama di sekolah dulu baru bisa jadi dosen.
      Kalau kamu suka grammar, fonologi, dll. ambil linguistik (jadi dosen linguistik bahasa Inggris).
      Tiga-tiganya tetap bisa jadi dosen.

  16. kak aku mnta pendapat dong. jdi gini aku kan suka bahasa inggris, terjamahin nya gampang tpi pas mau bales ngomong nya susah. jdi kuliah ini rencana mau ambil sastra inggris biar lebih mendalamin belajar bhsa inggris nya. menurut kk tepat gak keputusan aku ambil sastra inggris? mohon di balas ya kak, butuh banget support nya. Thanks
    ps: aku gak suka ngajar makanya gak ambil pend inggris hehe

    • Hai Brian,
      Terima kasih pertanyaan dan email reminder kamu. Kayaknya dari yang aku baca, kamu mau jadi penerjemah yah?
      Menurut aku, kalau kamu mau jadi penerjemah, masuk kuliah sastra Inggris sih cukup tepat yah. Apalagi kamu ada minat dan cukup bisa bahasa Inggris. Ngomong-ngomong, kalau mau jadi penerjemah, bahasa Indonesia kamu juga harus bagus yah 🙂

      Aku ngerti banget kalau milih jurusan kuliah itu keputusan yang penting banget. Tapi kita ga akan tahu ke mana hidup membawa kita kalo kita ga jalanin. Jadi yang bisa kamu lakukan sekarang dan yang terbaik yang kamu tahu sekarang, just go with it!

      Kalau kamu ada pertanyaan lebih mendetail lagi, kirim email aja. Di sini kadang-kadang notifikasinya ga masuk.

  17. Hai Kak, aku Frisma. Aku masih mau masuk sma. Tapi orangtuaku sudah menuntutku untuk menentukan akan masuk jurusan mana nantinya saat kuliah. Aku bingung, orang tuaku menyarankan untuk masuk ke sastra inggris. Tapi saat smp, nilai bahasa inggrisku selalu dibawah mipa dan bahasa indonesia. Lalu kalau aku menuruti saran orangtua agar memilih jurusan sastra inggris, sebelum terlambat apa aku bisa latihan memantapkan bahasa inggrisku saat sma, kak? Apakah nantinya saat kuliah aku akan kesulitan mengikuti pelajaran?
    Terimakasih, kak. Aku sangat mengharapkan saran dan jawaban dari kakak. Hehe..

    • Hai Frisma, kalau nilai bahasa Inggris kamu di bawah mipa dan bahasa Indonesia terus, lebih baik kamu jangan masuk sastra Inggris deh, nanti keteteran lho. Ada bidang lain yang kamu mau ga?

  18. Kak aku mau nanya aku baru lulus sma. Mau ngambil jurusan pendidikan bahasa inggris. Tapi kata temenku nanti bakalan susah kalau mau kerja. Terus jadi guru honor juga gajinya kecil. Minta saranya kak.

    • Hai Ardiansyah, kalo setahu aku guru bahasa Inggris sih lumayan dibutuhkan yah sekarang, soalnya middle class Indonesia lagi banyak dan anak-anak juga lagi banyak-banyaknya. Kalo kamu mau gaji tinggi jadi guru memang harus melamar di sekolah nasional plus atau sekolah internasional. Menurut aku sih begitu.

  19. your high school – college story is so related with mine. I was nothing in high school. Aku dulu jurusan IPA dan sering dpt nilai pas-pas an di matpel matematika dan fisika, tp pas kuliah aku ambil sastra inggris dan bs lulus dgn IPK di atas 3.5.
    The problem is.. when I’ve got to find a job after I finished college.
    I fond of reading novels, and wish to work as an editor or translator, tp gagal wkt apply di penerbit. Aku jg cm ada pengalaman ngajar les bhs inggris di tempat bimbel saat semester terakhir, jd minim pengalaman kerja. Skrg aku kerja di salah satu bank swasta sbg frontliner, and I feel like this isn’t what I dream of.
    Skrg ini aku mau lanjut S2, dgn harapan bs kerja di bidang yg aku suka yaitu bahasa, khususnya bahasa inggris entah ngajar atau hal lainnya, tp aku agak ragu, whether I should take linguistic major or pendidikan bahasa inggris instead. Apakah ada prospek pekerjaan selain menjadi pengajar dr dua jurusan itu (khususnya lingusitik)?

    Since I feel so related with ur experience, could you kindly please give me your thought about which major I should take?
    Your story and your life experience are so inspiring for me.
    any response from you will mean so much for me. thank you.

    • Halo @thwidayanti:disqus ,
      Terima kasih sudah membaca artikelku yah.
      Aku tahu banget kesulitan kamu, aku juga dulu suka baca novel dan selalu melamar ke penerbit top dan ga pernah berhasil atau malah ga ditanggapi waktu melamar jadi editor atau translator di sana. FYI, gaji di penerbit buku kecil sebenarnya, setahu aku.

      Kamu mau S2 di mana? Pake beasiswa atau enggak? Kamu mau kerja di Indonesia atau luar negeri?

      Kalau S2 linguistik bisa jadi dosen bahasa Inggris di Indonesia, kalau S2 Pendidikan Bahasa Inggris yah pasti jadi guru bahasa Inggris. Sekarang banyak banget sekolah yang butuh guru bahasa Inggris tapi kalo mau gaji tinggi harus di sekolah nasional plus atau internasional dan biasanya kamu akan ditempatkan di SD, karena untuk SMP atau SMA mereka maunya foreign teachers (native speakers). Pilihan lain ngajar di bimbel atau kursus bahasa Inggris, yang sebenarnya malah sedang kamu lakukan juga.

      Kalau ambil Master of Teaching (bukan Master of Education) di luar negeri, Australia misalnya, persyaratan IELTS-nya super tinggi, tapi guru masih dibutuhkan di sana. Saran aku: bagaimana kalau mengajar bahasa Indonesia di Australia? Coba pikir-pikir deh. Kalau mau berdiskusi lagi dengan aku, kirim surel yah ke cecilia.liando@gmail.com.

      Salam,
      Cecilia

  20. salam kak,cerita pengalaman kakak sangat menarik dan mengajarkan saya kalau hidup ini butuh perjuangan dan proses yang tidak mudah.. kebetulan saya juga mau masuk kuliah, tepatnya jurusan matematika, namun, saya masih tabu dalam matematika dan saya tidak tahu universitas mana yang mungkin bagus dan tenutnya biayanya terjangkau, bolehkah saya minta saran dari kakak ? terima kasih sebelumnya kak

  21. salam kenal dari saya seorang ibu…anak saya perempuan sudah kelas XII jurusan IPA, tapi pelajaran bhs inggrisnya lumayan bagus, hanya dia ingin melanjutkan kuliah jurusan tehnik kimia, saya tidak setuju karena dia anaknya sedikit lemah punya penyakit maagh, maka saya sarankan untuk menjadi guru bahasa Inggris. karena menjadi guru tidak terlalu ketat seperti kerja di pabrik atau kantoran, sepertinya anak saya harus mendapatkan penjelasan. Mohon sarannya bu.. terima kasih

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here