Dari London ke Flores: Segudang Mimpi Stela untuk NTT

0
1747
Bersama NTT Muda, Stela menularkan semangat untuk studi di luar negeri kepada pemuda pemudi di Nusa Tenggara Timur.

Banyak yang berhasil meraih mimpi untuk studi dan bekerja di luar negeri. Namun bagi Stela, yang pernah fellowship di Amerika Serikat dan kuliah di Inggris, pengalaman itu harus bermanfaat bagi orang-orang di kampung halamannya. Bagaimana Stela menularkan semangat itu pada pemuda-pemudi di Nusa tenggara Timur? Stela menceritakan kisahnya pada Kolumnis Indonesia Mengglobal, Rio Tuasikal. 

 

Indonesia Mengglobal (IM): Hi Stela! Boleh ceritakan sekarang sibuk apa dan sedikit perjalananmu?

Stela Nau (SN): Hi Indonesia Mengglobal. Aku Maria Stela Clarisa Nau, biasa dipanggil Stela, atau Stela Nau. Sekarang aku bekerja di Grab Indonesia sebagai Head of Public Affairs untuk East Territory atau Indonesia Timur. Jadi tugasku adalah mendukung ekonomi digital lewat berkolaborasi dengan pemerintah daerah, dari Bali sampai Papua. 

Sebelumnya aku studi MA Political Communication di Goldsmiths, University of London, dengan dukungan beasiswa Chevening. Sebelum ke Inggris, pernah jadi wartawan di Metro TV selama sekitar lima tahun. Selama jadi wartawan, aku sempat fellowship satu tahun di Voice of America di Washington DC. Setelahnya sempat di Royston Advisory, sebuah perusahaan konsultansi, namun kurang dari setahun karena harus berangkat ke Inggris.

 

Stela berfoto di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, ketika fellowship bersama VOA pada 2015-2016.
Stela berfoto di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, ketika fellowship bersama VOA pada 2015-2016.

IM: Dirimu juga aktif di sejumlah organisasi ya? Boleh ceritakan apa saja?

SN: Kalau secara organisasi, aktif di organisasi yang aku gerakkan bersama teman-teman NTT, namanya NTT Muda. Di situ kita fokus mengembangkan talenta muda anak-anak NTT baik di NTT maupun diasporanya, di dalam dan luar negeri. Hal ini kita lakukan melalui berbagai macam pelatihan, workshop, Berbagi pengetahuan dan ketrampilan. 

Selain NTT Muda, aku waktu di Inggris aktif di PPI United Kingdom dan pernah dipercaya jadi Ketua Umum periode 2019-2020. Selain itu, aku juga aktif sebagai presiden Chevening Alumni Association Indonesia (CAAI) periode 2021-2023. 

 

WhatsApp Image 2021-09-14 at 17.51.10
Stela (bawah, ke empat dari kiri) bersama segenap pengurus PPI United Kingdom ketika berfoto di KBRI London.

IM: Wow kiprahnya banyak banget ya. Boleh ceritakan alasan membangun NTT Muda ini? 

SN: Jadi akarnya itu karena aku orang NTT. Ayah aku Ibu aku dua-duanya asli dari NTT, dari Pulau Flores. Kampung ayah di Bajawa, ibu di Nagekeo. Kami selalu pulang ke Flores. Di situ aku melihat privilese yang aku dan saudara-saudara aku miliki namun tidak dimiliki oleh masyarakat NTT lebih luas. Privilese ini bukan soal ekonomi saja tapi support system kayak fasilitas pendidikan dan teman-teman sekitar. Bahkan kalau mereka dapat info tentang pendidikan atau seminar kadang mereka suka bingung follow up ke mana. Jadi informasi macam itu cukup rendah di NTT. Mereka juga punya kekhawatiran nanti kalau nanya dianggapnya nggak ngerti atau khawatir dianggap nggak mumpuni dan kayak gitu.

 

IM: Akses informasinya sangat terbatas ya? 

SN: Betul. Jadi aku ngobrol sama sejumlah teman. Waktu itu ada yang pulang S2 Australia dan Inggris. Aku ajak bikin sesuatu buat NTT. Mereka ini ada yang orang NTT ada yang dari luar NTT. Yang non-NTT ini saudara-saudaranya pernah kerja di NTT baik sebagai perawat atau dokter. Akhirnya kami bikin mulai dari sharing beasiswa S2, itu yang paling relevan di usia aku dan teman-teman. Kita kolaborasi sama komunitas-komunitas lokal. Kemudian kita juga berkunjung ke sekolah-sekolah di Flores dan Timor. 

Kita bikin support system bareng-bareng supaya teman-teman NTT bisa berkembang di sektor formal maupun informal. Jadi NTT Muda menjembatani apa yang dibutuhkan anak-anak NTT dengan sumber daya yang kita punya, baik itu dari temen-teman NTT sendiri, maupun pakar non-NTT yang bersedia membantu kita secara sukarela.

 

Bersama NTT Muda, Stela menularkan semangat untuk studi di luar negeri kepada pemuda pemudi di Nusa Tenggara Timur.
NTT Muda mengadakan berbagai pelatihan untuk pemuda pemudi dengan topik antara lain bahasa Inggris, beasiswa, dan kesetaraan gender. Dalam gambar ini, Stela (depan, kedua dari kiri) berfoto bersama para pendiri NTT Muda dan peserta pelatihan.

 

IM: Bicara soal kuliah di Inggris, pelajaran berharga apa yang dibawa dari sana?

SN: Jadi selain pelajaran di kelas, aku belajar lewat interaksi dengan teman-teman sesama mahasiswa. Kita ketemu berbagai macam orang. Kita belajar satu hal bersama orang yang budayanya beda sama kita. Selain itu, kita melatih kepercayaan diri dan mengambil keputusan-keputusan di hidup kita. Nggak cuma pas sekolah tapi ketika kita keluar dari zona nyaman. Ketika ketemu orang yang punya pandangan berbeda dan terbuka. Itu menurutku yang aku ingin dimiliki anak-anak NTT. Aku suka mikir kalau kesempatan yang aku punya ini bisa dirasakan sama mereka di NTT, mereka akan pulang dengan pola pikir yang baru sih. At least lebih berani mengambil keputusan. 

 

IM: Nampaknya kecintaan terhadap NTT mengantarkanmu ke Grab Indonesia ya?

SN: Benar banget. Sebetulnya memang kayak dikasih jalan sih. Aku ngerasa kalau aku nggak pernah ada NTT Muda, kayaknya ini nggak bakal di Grab sih. Ini menurut aku ya. Karena begitu besar hubungannya antara NTT dan kehidupan profesional aku. Aku dapet Chevening juga karena aku orang NTT. Aku dapet fellowship VOA karena aku orang NTT. Aku nggak mungkin lupa kalau aku harus melakukan sesuatu sekecil apapun buat NTT. 

 

WhatsApp Image 2021-09-14 at 17.54.46
Dengan posisinya sekarang, Stela bertugas membangun hubungan dengan pemerintah daerah dari Bali sampai Papua.

 

IM: Kita tahu Indonesia Timur sudah lama ditinggalkan dengan pembangunan yang Jawa-sentris. Menurutmu apa sih yang bisa kita lakukan?

SN: Menurut aku sekarang teknologi bisa membantu. Bukan aku bilang teknologi adalah satu-satunya solusi, tentu tidak. Karena ketika aku ada di ekosistem teknologi ini aku tahu itu nggak sesimpel itu. Teknologi nya boleh canggih banget tapi kalau orang sebagai pengguna belum bisa menyamai kemajuannya, ya nggak akan berguna juga. Misalnya sekarang dibangun banyak menara pemancar sinyal di mana-mana tapi masyarakatnya belum siap, ya internetnya juga nggak berguna. Ngapain internet masuk situ kalau orangnya nggak didorong untuk memanfaatkannya?

Jadi menurutku ini nggak bisa tugas pemerintah doang, atau swasta doang, atau masyarakat doang. Jadi kedepannya menurutku harus ada banyak kolaborasi antara pemerintah-swasta-dan publik. Selain itu perlu ada kehendak yang kuat. Butuh usaha yang super untuk memperlakukan Indonesia Timur lebih serius. Jangan cuma gimmick, jangan cuma seremoni. Tapi bener-bener kita ngelihat Indonesia Timur seperti kita melihat Jakarta.

 

IM: Apa harapanmu buat pembangunan di Indonesia Timur, khususnya NTT? 

SN: Harapannya nggak muluk-muluk deh.. Dalam 2 – 3 tahun lagi inginnya ada anak-anak NTT yang bisa berangkat studi ke luar negeri. Semakin banyak representasinya untuk bisa sekolah. Karena jumlahnya masih kecil. Kalau secara jangka panjang, semoga aku bisa ceritakan banyak hal yang berubah dari NTT. Jadi ketika ada orang nanya soal NTT lagi, perspektif aku ngejawabnya udah nggak sedih. Selain itu tentu banyak anak-anak NTT yang tenaganya dipakai untuk mengembangkan daerahnya dari segi perhotelan maupun pariwisata. Itu kita nggak mendatangkan orang dari Pulau Jawa atau orang dari luar negeri malah. Karena itu kekayaan NTT jadi biarkan mereka yang urus. Pengennya talenta NTT jadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Bukan kami nggak terima orang lain, tetapi paling tidak mereka jadi tuan rumah di tanahnya sendiri.

 

WhatsApp Image 2021-09-14 at 17.54.48
Stela berharap masyarakat Nusa Tenggara Timur bisa lebih berdaya dan jadi tuan rumah di tanahnya sendiri.

 

*Seluruh foto disediakan oleh narasumber.

 

Stela Nau adalah Head of Public Affairs for East Teritory, Grab Indonesia. Stela tumbuh besar di Surabaya, berkuliah di Bandung, memulai karir di Jakarta, fellowship di Washington DC, dan berkuliah kembali di London. Bersama teman-temannya, Stela mendirikan NTT Muda (@nttmuda) sejak 2018.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here