Seminar Internasional Kader Perempuan Muda Politik di Republik Rakyat Tiongkok

0
1611
Dua puluh tujuh politisi perempuan yang menjadi peserta program bersama dengan para pejabat departemen internasional CPC dan China Women’s University.

Kali ini, Amirah Kaca akan berbagi pengalamannya terpilih mewakili suatu parpol untuk mengikut seminar internasional kader perempuan muda politik di RRT. Seperti apakah seminar yang berfokus pada pengembangan kompetensi kader muda perempuan di bidang politik? Apakah pemberdayaan perempuan memainkan peranan penting di RRT? Apa yang bisa dipelajari dan diterapkan di Indonesia? Mari simak kisah Amirah berikut.

***

Representasi perempuan di politik merupakan suatu isu nasional maupun global. Di Indonesia, meskipun populasi pemilih perempuan sekitar 50 persen dan caleg perempuan mencapai sekitar 40 persen, representasi perempuan di DPR-RI hanyalah 21 persen. Di level global sekalipun, total representasi perempuan di parlemen adalah 20,43 persen (Februari 2019). Bahkan masih banyak negara maju yang memiliki representasi perempuan yang rendah. Untuk meningkatkan representasi perempuan, maka salah satu usaha yang harus dilakukan adalah mendorong kepemimpinan perempuan di proses dan institusi politik.

Saya bersama Lindsey Afsari Puteri, baru saja mewakili organisasi Young Leaders Sisterhood (Yello Sista), sebuah inisiatif perempuan muda yang berada di bawah Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG), untuk berpartisipasi di suatu program internasional untuk mengembangan kepemimpinan kader partai perempuan muda yang diadakan di Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Program yang bertujuan untuk meningkatkan kepemimpinan politik perempuan ini diadakan oleh China Women’s University bersama dengan Departemen Internasional Partai CPC. Program ini menghadirkan 27 politisi perempuan dari 13 negara (Indonesia, Turki, Kamboja, Mongolia, Bangladesh, Afrika Selatan, Ghana, Zimbabwe, Sudan Selatan, Liberia, Grenada, Barbados, dan Vanuatu). Peserta dari kegiatan ini diseleksi oleh masing-masing partai politik yang diundang oleh penyelenggara program. Peserta harus merupakan kader muda perempuan yang memiliki pengalaman dan aktivisme terkait perempuan dan politik.

Meskipun judul resmi dari acara tersebut adalah “First Seminar of Foreign Party Female Cadres“, program ini memberikan pembangunan kapasitas secara komprehensif dan menjadi kesempatan untuk berjejaring yang strategis. Selain mendapatkan dan bertukar ilmu dalam seminar, lokakarya, dan konferensi, kamu juga melakukan kunjungan langsung. Kami berinteraksi langsung dengan tokoh politik, akademisi, para mahasiswa, sampai dengan penduduk desa. Acara ini memberikan kami kesempatan untuk menyusuri tiga daerah, yaitu Beijing (Ibukota yang merupakan sentra politik dan kultur); Hangzhou, Zhejiang (salah satu pusat bisnis terbesar, merupakan markas dari Alibaba); dan Nanchang, Jiangxi.

Sistem Tata Kelola Pemerintahan dan Model Pembangunan Tiongkok

Bila dulu gambaran terhadap negara Tiongkok merupakan sebuah negara berkembang yang dilanda kemiskinan, sekarang negara Tiongkok telah menjadi superpower global di bidang ekonomi dan politik.  Sejak tahun 2010, Tiongkok menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia. Pembangunan infrastruktur dan kemajuan inovasi teknologi berlangsung sangat pesat. Banyak sekali partisipan yang ingin mempelajari mengenai kebijakan-kebijakan yang berkontribusi terhadap pembangunan nasional tersebut. Apalagi Tiongkok merupakan negara yang memiliki geografi luas dan jumlah penduduk  sangat besar. Dalam kesempatan ini kami melakukan banyak diskusi mengenai model governance dan pembangunan Tiongkok. Diskusi tersebut terjadi sesama peserta yang saling berbagi tentang pengalaman di negeri masing-masing, maupun dengan pakar-pakar yang diundang sebagai narasumber.

Tiongkok mendefinisikan negaranya sebagai negara sosialis dengan ekonomi pasar. Pada tahun 1978, Tiongkok melakukan reformasi ekonomi yang mengubah sistem ekonomi sentral menjadi ekonomi kapitalis, saat berada di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping. Reformasi ini diambil untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui foreign direct investment (FDI) dan meningkatkan produktivitas. Meskipun telah membuka sistem ekonominya, partai penguasa masih memegang kekuasaan politik secara penuh serta komitmen formal untuk mewujudkan negara sosialis.  Menurut Prof. Gong Jiong dari University of International Business and Economics, kombinasi dari pemerintah yang kuat sekaligus penerapan ekonomi pasar merupakan kunci keberhasilan Tiongkok. Selain itu transfer teknologi yang terjadi dengan baik melalui FDI berhasil membuat Tiongkok naik kelas di rantai nilai (value chain) global.

Berlanjut saat kami mendapat kesempatan untuk bergabung di konferensi politisi global, bersama dengan lebih dari 300 delegasi partai politik dari 60 partai politik di seluruh dunia. Hampir semua wilayah di seluruh dunia mengirimkan perwakilan di konferensi tersebut, mulai dari Eropa Timur, Afrika, Kepulauan Pasifik, sampai dengan Amerika Selatan. Selain bervariasi secara geografis, partai-partai yang hadir juga berasal dari berbagai macam platform ideologi. Konferensi tersebut membahas tentang misi utama partai penguasa di Tiongkok, yaitu “Working for the Happiness of the People” atau “Bekerja untuk Kebahagiaan Rakyat”. Tiongkok sendiri masih memiliki berbagai tantangan untuk memastikan kemajuan ekonomi yang telah diraih dapat dinikmati oleh seluruh kalangan.  Oleh sebab itu, dibutuhkan usaha lebih lanjut dalam mengurangi ketimpangan sosial (baik antara yang kaya dan miskin, maupun antardaerah), perlindungan lingkungan, serta pemberdayaan kelompok termarginalkan. Dalam konferensi itu, juga didiskusikan bagaimana membangun kerja sama internasional praktis untuk perdamaian dan pembangunan.

Saya mendapatkan kesempatan untuk mewakili para politisi perempuan untuk menyampaikan pendapat terkait hasil diskusi konferensi ini kepada media-media di Tiongkok, antara lain China Central Television (CCTV) dan China Global Television Network (CGTN). Beberapa hasil wawancara dalam acara tersebut dapat dilihat di tautan berikut: https://s-url.cgtn.com/p/cbHaEA dan https://bit.ly/2IaKKg9.

Wawancara bersama China Global Television Network.
Wawancara bersama China Global Television Network.

Pembangunan Komunitas dan Pemberdayaan Perempuan

Diskusi khusus mengenai isu perempuan dilakukan bersama dengan Guo dari UN Women, Tiongkok. Selain itu, kami juga berdiskusi mengenai inisiatif pemberdayaan perempuan bersama All China Women’s Federation, yang merupakan organisasi perempuan terbesar di Tiongkok. Salah satunya adalah program pemberdayaan perempuan yang mengelola dana kredit mikro untuk pengembangan usaha perempuan. Kredit ini diestimasi telah menjangkau 6,67 juta perempuan dan memberikan lapangan kerja ke lebih dari 20 juta perempuan di daerah pedesaan.

Kami juga melakukan berbagai macam kunjungan ke community service center, desa-desa dan komunitas untuk melihat implementasi praktik-praktik kebijakan di level akar rumput. Kami mengunjungi community service center yang dikelola oleh partai politik yang memberikan pelayanan penanganan pengaduan sampai dengan memberikan ruang publik untuk aktivitas masyarakat. Kami juga belajar mengenai pendekatan partisipatif yang dilakukan untuk revitalisasi perumahan warga di To Yuan, Jiangxi. Selain itu, kami juga mengunjungi beberapa desa yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

Berinteraksi dan menari bersama warga lokal saat mengunjungi lokasi hasil program revitalisasi perumahan.
Berinteraksi dan menari bersama warga lokal saat mengunjungi lokasi hasil program revitalisasi perumahan.

Meskipun Tiongkok tidak melaksanakan pemilihan langsung secara nasional, pemilihan langsung dilakukan untuk tingkat desa. Kami mengunjungi salah satu desa, Lui Jia di Zhejiang yang dipimpin oleh seorang perempuan. Desa tersebut telah berhasil dikembangkan menjadi desa makmur dengan melakukan pengembangan wisata lokal, produk unggul pertanian, serta mengembangkan badan usaha milik desa (Bumdes). Cerita Beliau adalah salah satu cerita inspiratif mengenai kepemimpinan perempuan.

Di akhir acara, kolega saya, Lindsey Afsari Puteri, memberikan pidato penutupan mengenai peran kepemimpinan perempuan di Indonesia serta harapan Partai Golkar terkait langkah lanjut dari inisiatif ini. Politisi perempuan mengemban tugas untuk memajukan kaum perempuan.  Akan tetapi dengan banyaknya tantangan bagi perempuan untuk berkiprah di politik, sistem pendukung perlu diperkuat terus dan kesempatan untuk mengembangkan diri harus terus disediakan. Pembelajaran antarnegara menjadi sangat penting karena setiap negara memiliki pencapaian dan tantangan yang berbeda-beda. Kesempatan seperti ini selain menambah wawasan, pengalaman, dan kepercayaan diri kader perempuan, juga menguatkan ikatan persaudarian global. Yang pasti kami dan seluruh peserta lainnya sangat bersemangat untuk kembali ke negara masing-masing dengan rencana-rencana aksi baru untuk terus berjuang mendorong partisipasi perempuan di politik karena kami percaya bahwa, “When women thrive, we lift the whole society with us.”

Bersama kolega saya, Lindsey Afsari Puteri, saat penutupan program.
Bersama kolega saya, Lindsey Afsari Puteri, saat penutupan program.

Semua foto berasal dari Amirah Kaca Sumarto.


BAGIKAN
Berita sebelumyaFrom Pekalongan to Groningen: Nur Puji Lestari’s Adventurous Journey Pursuing a Master’s Degree in the Netherlands
Berita berikutnyaDemam “Online Learning” di Tengah Pandemi Global COVID-19
Amirah Kaca Sumarto graduated with Distinction from the London School of Economics and Political Science (LSE). She studied Master of Public Administration in Economic Policy. She is a former technology professional at IBM, pivoting into public sector reform works. She continued to work as Public Sector Consultant for Governance Global Practice in the World Bank, working on projects related to e-government, civil service reform, and public financial management. She joined politics and ran for office (DPR-RI in Kalimantan Utara electoral district) with Partai Golkar in the 2019 Indonesia General Election. She didn't get the seat but she continued to be in Partai Golkar's central committee. She now leads B_Trust, a non-profit advisory group helping central and local governments in Indonesia leverage innovation, participation, and good-governance to improve public-services. She is now an incoming DPhil in Public Policy student at the University of Oxford. In her spare time, she loves urban sketching, adventure in nature (diving and hiking), reading books, and sharing her thoughts with her book-club, Baca-Rasa-Dengar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here