Menerima beasiswa sebagai TNI Angkatan Laut? Tentu bisa!

1
5109

Jalan untuk menempuh studi dan mendapatkan beasiswa bisa datang dari mana saja. Simak hasil percakapan kolumnis kami, Dytha, dengan Mayor Laut (Pelaut) Ricky Tacoma yang terkualifikasi untuk mengarungi samudera hingga Amerika Serikat dan Perancis atas prestasinya.

Di jaman penjajahan dulu, Indonesia adalah ‘rebutan’ banyak negara dunia khususnya negara negara Eropa karena kekayaan tanah air Indonesia yang berlimpah dan kaya macam ragamnya. Bak permaisuri, Indonesia harus benar benar dijaga sumber daya alam dan keutuhan wilayahnya guna dimanfaatkan hasil alamnya bagi kemakmuran masyarakat dan rakyat Indonesia seutuhnya. Dari sanalah muncul keinginan saya sejak kecil untuk menjadi pengawal ibu pertiwi.

Awal karir di TNI
Awal karir saya dimulai setelah kelulusan saya di SMA Negeri salah satu sekolah favorit di wilayah Jakarta serta dengan bermodal nilai NEM yang cukup baik dan 2 kali pengalaman mengkomandoi organisasi di sekolah saat berseragam putih biru dan putih abu-abu, saya mantapkan hati untuk bergabung di Akademi TNI Laut (Akabri Laut) di tahun 1999. Ide ini terbesit di pikiran saya saat itu karena lautan merupakan salah satu pondasi utama dari Negara Kepulauan Republik Indonesia dimana sepertiga dari mata pencaharian rakyat indonesia bersumber dari sektor maritim dan setengah dari seluruh kebutuhan protein masyarakat Indonesia berasal dari lautan dan samudra di lingkup wilayah NKRI. Begitu pula dengan semboyan TNI AL “Jadilah Pengawal Samudera yang menjaga kekayaan alam nusantara”.

Pendidikan Akademi TNI bersama dengan rekan rekan seperjuangan sebanyak 950 orang terdiri dari 450 Akabri Darat, 275 Akabri Laut dan 225 Akabri Udara, kami tempuh dengan penuh semangat tinggi. Pendidikan dasar keprajuritan di Magelang Jawa Tengah selama tiga bulan dan dilanjutkan dengan pendidikan sesuai matra di Akademi TNI AL (AAL) Surabaya selama 3 tahun, memberikan pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya. Di sanalah saya ditempa untuk menjadi penjaga samudera nusantara dan kedaulatan negara yang profesional.

Pengalaman suka dan duka selama pendidikan militer saya lalui dengan rasa gembira, hal ini karena adanya sebuah motivasi yang kuat bahwa banyak pemuda pemudi di luar sana yang menginginkan posisi saya untuk menjadi seorang Taruna Akademi TNI (Akabri). Keluarga besar saya memberikan dorongan dan support yang luar biasa, kedua orang tua saya tak henti hentinya memanjatkan doa kepada Allah SWT agar sy senantiasa kuat dan sukses menjadi perwira TNI AL di masa depan. Meskipun berbagai perjalanan berat yang harus saya tempuh selama 3,5 tahun, namun saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh negara, dimana saat itu dipilih hanya 150 orang dari 8.300an pendaftar dimana rata rata mereka adalah lulusan SMU / SMA dari wilayah Jakarta di tahun 1999 tanpa dipungut biaya apapun, murni atas dasar kemampuan diri dan tekad yang kuat untuk dapat memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Hal itu pun sesuai dengan slogan Akabri Laut “Join the Navy to see the world” (bergabunglah dengan Angkatan Laut, maka engkau akan melihat dunia).

Tahun 2002, saya lulus dari Akademi TNI dengan menyandang pangkat Letnan Dua Laut, setelah dilantik oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Hal yang ada di dalam diri saya yaitu keinginan untuk terus mengembangkan dan membangun negeri ini serta menjadikannya negara yang hebat setara dengan negara negara maju di daratan benua eropa dan amerika. Niat itu terus didukung oleh kedua orangtua saya yang hebat, melalui restu merekalah saya mampu melewati pahit kelamnya demi meniti sebuah karir masa depan yang cemerlang.

Kesempatan untuk mengambil beasiswa di luar negeri sebagai TNI di Amerika Serikat
Pada tahun 2007 saya TNI AL memberikan kesempatan untuk tes beasiswa sekolah ke Amerika Serikat. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepada saya, sehingga dengan modal doa dari ayah dan ibu, Alhamdulillah saya berhasil lolos tes TOEFL dan ADFELPS dengan menyisihkan 14 perwira TNI AL lainnya, saat kami masih berpangkat Lettu Laut (Letnan Satu TNI) di tingkat Mabesal dan di US Embassy Jakarta. Di sekolah perwira muda Angkatan Laut Dunia itulah saya memahami, bahwa negara tercinta saya kurang cukup dikenal oleh para perwira Angkatan Laut dari 68 negara. Rata – rata mereka hanya mengenal Bali dan tidak mengetahui tentang keberadaan “Negara Besar Indonesia”. Sehingga di sekolah Surface Warfare Officer School di Newport, Rhode Islands itulah saya menunjukan bahwa bendera Indonesia dapat berkibar di negeri paman sam dengan nilai positif yang gemilang. Alhamdulillah beasiswa sekolah luar negeri pertama saya di tahun 2007 dapat saya jalani dengan lancar dan saya dapat memberikan motivasi kepada adik-adik junior, bahwasanya kita harus mampu bersaing dengan perwira perwira Angkatan Bersenjata negara lainnya di kancah internasional.

Ricky dan rekan mancanegara
Ricky dan rekan mancanegara. Foto dari narasumber

Setelah 7 tahun mengabdi di TNI AL, pada tahun 2009 datang kembali kesempatan dari TNI AL bagi seluruh perwira berpangkat Letnan Satu untuk mengembangkan karir dan sekolah untuk ke jenjang pangkat Kapten Laut TNI. Kesempatan tes dibuka seluas luasnya bagi seluruh perwira TNI AL yang memiliki kemampuan bahasa Perancis untuk mengikuti pendidikan selama 1 tahun 3 bulan bersama La Marine Nationale Français Dengan bermodal ilmu yang diberikan pada saat Taruna Akabri Laut, maka saya ambil tes tersebut bersama dengan 138 perwira AL lainnya yang berpangkat Letnan Satu. Alhamdulillah dengan Ridho-Nya, saya mendapatkan kesempatan beasiswa sekolah yang kedua ini dengan nama Groupe Ecole d’Application Officier de la Marine (GEAOM) di Armada Brest, Perancis selama 1 tahun 3 bulan.

Melanjutkan beasiswa di Perancis
Meskipun rasa rindu kepada orangtua dan keluarga, di awal januari 2009 setelah sebulan menikah, saya harus meninggalkan mereka dan bergabung dengan 125 perwira muda Angkatan Laut Perancis dan 73 perwira Angkatan Laut negara lainnya. Kami mempelajari french naval terminology, Naval technology, teknik dan taktik perang laut dunia serta mengikuti pelayaran bersama kapal perang AL Perancis ‘Jeanne d’Arc’ selama satu tahun, dimana pelayaran diawali dari Brest Perancis dan singgah ke 18 negara di daratan eropa, amerika latin, amerika utara dan eropa, antara lain : Spanyol, Portugal, Maroko, Senegal, Brazil, Uruguay, Paraguay, Argentina, Peru, Chile, melintasi terusan kanal Panama, lanjut melintasi Amerika Serikat, Kanada dan melanjutkan pelayaran ke Jerman, Belgia, belanda dan kembali ke Armada Rouen, Perancis. Pengalaman belajar dan hidup berdampingan dengan seluruh perwira dari berbagai Negara lainnya menjadikan saya semakin banyak mengenal budaya, etika dan tradisi dari masing masing siswa mancanegara sehingga saya dapat membangun link relasi, yang mana suatu saat sebuah diplomasi dibutuhkan untuk membangun sebuah kedamaian dan menjaga perdamaian dunia. Akhir juni 2010 seusai mengenyam pendidikan, saya mendapatkan medali kehormatan dari AL Perancis ‘la défense nationale française’ (medali pertahanan nasional Perancis) bersama dengan 73 perwira muda angkatan laut dunia.

Seusai dari pendidikan di Perancis sebagai pendidikan beasiswa kedua saya, Alhamdulillah TNI AL memberikan penghargaan kepada saya dengan kenaikan pangkat lebih tinggi menjadi Kapten Laut TNI. Silaturahmi dengan rekan rekan baik dari pendidikan pertama saya di amerika dan pendidikan beasiswa kedua di perancis masih terus terjalin lebih dari 10 tahun. Komunikasi terus saya jalin dalam rangka persahabatan antar sesama Angkatan Laut dunia (seaman brotherhood), hingga menjelang pendidikan saya untuk kenaikan pangkat ke jenjang yang lebih tinggi, dari pangkat mayor untuk menjadi letnan kolonel (letkol laut TNI).

Pada bulan November 2018 tahun lalu, sebanyak 683 perwira menengah TNI AL berpangkat Mayor diberikan kesempatan untuk berlomba mengadu kemampuan mereka baik dalam ilmu profesi, mental ideologi serta ketangkasan fisik dan kemahiran berbahasa asing. Di dalam benak saya adalah, saya tidak ingin menyia nyiakan kesempatan yang diberikan oleh pimpinan TNI AL.

Saya telah mempersiapkan tes ini lebih dari setahun sebelumnya, baik dari segi kesehatan dari ujung rambut hingga hingga ujung kaki di cek secara menyeluruh, begitu pula kemampuan fisik calon perwira siswa (pasis) meliputi lari 12 menit yang harus menempuh jarak minimal 2,6 kilometer, kemampuan push-up dan sit-up minimal 38 kali dalam waktu semenit, pull up minimal 12 kali dalam waktu semenit, lari 3 kali putaran shuttle-run serta ketangkasan renang 100 meter maksimal dalam waktu 90 detik. Tidak hanya dari segi fisik, pengetahuan kami mengenai Ipoleksosbudhankam (ideologi politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan) pun diuji.

Tingkat kecerdasan psikologi kami pun tak luput dalam seleksi tes dari tim penguji Markas besar TNI AL guna mendapatkan calon perwira siswa yang terbaik untuk ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah semua tes tersebut dilalui, maka tes terakhir di minggu ke-empat dari seluruh rangkaian tes bagi ke – 683 calon perwira siswa tersbut adalah kemahiran kami di dalam berbahasa asing. Seluruh calon siswa harus melalui tes TOEFL dengan score minimal 540 dan ADFELPS dengan score minimal flat 7. Setelah melalui tes bahasa Inggris di Pusat Pengembangan Bahasa di Kementrian Pertahanan, maka ditentukanlah 32 orang dengan nilai bahasa Inggris terbaik, untuk mengikuti tes tambahan bahasa asing, guna mengisi slot (kursi yang ditawarkan oleh 8 negara untuk sekolah di luar negeri). Untuk tes bahasa asing tersebut, disesuaikan dengan permintaan ke-8 negara yaitu Perancis, Amerika, Singapore, Thailand, Filipina, China, Australia dan Malaysia.

Pada minggu ke-5 dalam rangkaian tes tersebut, saya beserta 2 orang rekan berpangkat mayor melaksanakan tes di kedutaan Perancis di Jakarta. Kemampuan berbahasa Perancis langsung diseleksi oleh Atase Pertahanan (Athan) Perancis untuk Indonesia, meliputi tes wawancara awal dan tes tulis oleh Athan. Ketiga calon siswa diberikan penjelasan bahwasanya program pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Perancis adalah program kerjasama antar lembaga pertahanan kedua Negara. Program kerjasama bilateral dalam bidang pendidikan ini sudah berlangsung sejak tahun 1988, dimana salah satu alumnusnya saat ini menjabat sebagai Panglima TNI, Jendral TNI Hadi Tjahjanto (alumnus tahun 2000-2001). Sehingga pihak pemerintah Perancis benar benar selektif di dalam memilih calon perwira siswa yang akan mengikuti pendidikan Ecole de Guerre (War College) di Paris Perancis selama 19 bulan. Athan Perancis menjelaskan pula untuk kerjasama pendidikan ini hanya ada 1 slot setiap tahunnya, sehingga setiap matra TNI (AD, AL maupun AU) secara bergilir mendapatkan kesempatan 1 orang perwira menengahnya yang berpangkat Mayor untuk lulus dan lolos dalam rangkaian tes di France Embassy di Jakarta. Selama 4 hari berturut-turut, kami bertiga melaksanakan tes kemampuan DELF untuk mengetahui tingkat (niveau) kami berbahasa Perancis, meliputi tes listening, writing, speaking dan reading dengan tester (penguji) yaitu Direktur bahasa Perancis Ecole Militaire France beserta stafnya yang berada di Paris, sehingga kami melaksanakan tes wawancara dan writing secara online dengan menggunakan skype.

Seminggu setelah rangkaian tes berakhir, terbitlah pengumuman resmi dari Markas Besar TNI AL yang menyatakan bahwa saya lulus dan lolos untuk mengenyam pendidikan Ecole de Guerre, yaitu sebuah sekolah strategi dan taktik perang warisan ilmu dari Napoleon Bonaparte yang dilaksanakan di wilayah Ecole Militaire-Paris dari awal Februari 2019 hingga akhir bulan Juli tahun 2020.

Ecole Militaire de Guerre – Sekolah militer di Perancis
Saya sangat bersyukur karena di awal bulan Februari 2019 ini, saya bergabung dengan Ecole de Guerre (EDG) di Ecole Militaire bersama dengan 73 perwira asing dari 68 negara. Tidak semua Negara Asia dapat mengirimkan perwiranya di dalam pendidikan ini, karena pihak sekolah ternyata benar-benar menyeleksi calon perwira yang akan mengikuti pendidikan ini. Dari Asia, hanya ada Indonesia, Singapur, Kamboja dan Korsel. Sedangkan Negara kawasan Asia lainnya di tahun 2019 ini, perwiranya tidak lolos dalam mengikuti seleksi masuk EDG. Dengan tekad kuat dan ridho Ilahi, saya akan “kibarkan bendera merah putih jauh lebih tinggi daripada bendera Negara lainnya”. Karena saya percaya dengan sy bergabung TNI AL dan mengikuti pendidikan di Ecole de Guerre, maka slogan di saat sy pendidikan di Akabri yang semula “Join the Navy to see the World”, akan berubah menjadi “Join the Navy, the World to see us” dan saya percaya bahwa “dunia akan melihat siapa kita dengan segala kemampuan intelektual dan keahliannya yang membangun”

IMG_9804
Membantu anak-anak muda PPI mempersiapkan upacara Kemerdekaan Agustus 2019. Foto dari narasumber

Yang membuat saya termotivasi untuk mendaftar beasiswa-beasiswa ini adalah saya ingin menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia tak boleh dipandang sebelah mata, dengan kemampuan profesionalisme perwiranya, Tentara Nasional Indonesia mampu dan bisa menunjukan eksistensi terbaiknya di kancah internasional dan mengibarkan bendera merah putih jauh diatas bendera Negara-negara lainnya di dunia.

Hal yang terpatri di dalam hati saya dan ingin saya tularkan kepada pelajar-pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di luar negeri adalah “Don’t wait for extraordinary opportunities. Seize common occasions and make them great. Greatness comes by doing a few small and smart things each and everyday. It comes for taking little steps, consistently. It comes from a making a few small chips against everything in your professional and personal life that is ordinary, so that a day eventually arrives when all that’s left is The Extraordinary.”

Kesulitan pasti akan kita temui dimanapun berada, namun di sanalah kedewasaan berpikir dan mengatur ego yang muncul dari dalam pikiran kita. Percayalah bahwa akan ada jalan keluar disetiap kesulitan. Saya sangat percaya bahwa langit memang tak selalu biru dan mentari tak selalu bersinar terang, namun suatu masa akan muncul pelangi seusai badai. Berjuanglah terus dan terus karena hidup adalah sebuah perjalanan dan perjuangan yang akan terus bergerak maju dan tak akan pernah kembali ke masa yang lalu, jadi ukirlah cerita hidup dengan sesuatu yang sangat berharga, bila perlu ukirlah ia dengan tinta emas. Bangkitlah di saat kita terpuruk dan gagal, ceritakanlah kegundahan hati dan setiap kegagalan kita kepada Sang Maha Kuasa, karena disanalah kunci kemuliaan akan terbuka lebar. Serta muliakanlah kedua orangtua di saat beliau masih ada, ciumlah kedua tangan mereka dan mintalah restu dari keduanya, karena disanalah kunci kesuksesan hidup akan kita raih.

Tentang Ricky
Mayor Laut (Pelaut) Ricky Tacoma, sehari hari menjabat sebagai Wakil Komandan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) berjenis Kapal Cepat Rudal (Fast Attack Craft-Missile) di Armada Jakarta.
Lulusan Akabri Laut tahun 2002, menikah dan memiliki 2 putra, berdomisili di Jakarta.

Beasiswa yang diraih serta organisasi dan badan penyelenggara yang memberikan beasiswa:

  • Surface Warfare Officer School (SWOS), di Newport Rhode Islands, USA, 2007. Program kerjasama militer di bidang beasiswa pendidikan antara TNI AL dengan US Navy. Pendidikan spesialisasi teknis kapal perang bagi perwira muda berpangkat Letnan Satu Angkatan Laut.
  • Groupe Ecole d’Aplication Officier de la Marine (GEAOM) Jeanne d’Arc, di Armada Brest Perancis, 2009 – 2010. Program kerjasama militer di bidang beasiswa pendidikan antara TNI AL dengan French Navy. Pendidikan spesialisasi taktik perang laut bagi perwira muda berpangkat Letnan Satu dan Kapten Angkatan Laut.
  • Ecole de Guerre (EDG) di Ecole Militaire Paris_Perancis, 2019 – 2020. Program kerjasama militer di bidang beasiswa pendidikan antara Markas Besar TNI dengan Departemen Pertahanan Perancis. Pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) bagi perwira menengah berpangkat Mayor dan Letnan Kolonel TNI, mempelajari tentang ilmu strategi berperang, diplomasi milter dan ipolesksosbud berbagai negara dunia.

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here