Pengalaman Magang di Tiongkok: Sebuah Cerita dari Simon Simorangkir

0
2713

Kisah kali ini adalah kisah tentang Simon Simorangkir, alumni International Business Master of Business Administration (International Business MBA) dari Zhongnan University of Economics and Law di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kala menempuh pendidikannya di negeri tirai bambu, pendiri Komunitas Pecinta Damai Anak Indonesia (KOPECIDA) ini juga aktif mengikuti kegiatan di luar studi kampusnya, salah satunya menjadi peserta magang di salah satu perusahaan otomotif multinasional di Tiongkok, Fujian Guanlean Automative Parts Industry. Pada kesempatan kali ini, kolumnis IM Astrid Kohar menceritakan pengalaman Simon menjalani program magang di RRT selama masa kuliahnya. Silakan menyimak!

Alasan Simon mengambil program magang di RRT sebenarnya sederhana, yakni ia penasaran akan budaya perusahaan dan etos kerja para tenaga profesional di Tiongkok. Negara RRT merupakan negara yang besar dengan kondisi perekonomian yang amat kuat, bahkan semakin hari semakin menyaingi kekuatan ekonomi negara adidaya Amerika Serikat. Inilah yang membuat Simon tertarik untuk menuntut ilmu sekaligus bekerja di Tiongkok. Ia penasaran akan strategi dan budaya kerja rakyat RRT yang menjadikan negara mereka menjadi salah satu negara kuat dunia.

Di Fujian Guanlean Automative Parts Industry, Simon dipercaya untuk mendampingi Vice President perusahaan tersebut dalam mengimplementasikan system manajemen di grup perusahaan ke anak-anak perusahaan di Indonesia. Di samping itu, Simon juga diberikan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan para manajer/kepala divisi, misalnya sales manager, procurement manager, dan manajer/kepala divisi lain (total ada sekitar 8 manajer yang bekerjasama dengan Simon). Dalam koordinasi dengan para manajer/kepala divisi, Simon dipercaya oleh Vice Presiden perusahaan untuk mengkaji rencana tahunan masing-masing divisi. Belum selesai sampai pekerjaan tersebut, Simon juga diberi tugas untuk membantu divisi personalia dan teknologi informasi.

PastedGraphic-2 PastedGraphic-2

Tanggung jawab yang begitu banyak yang dipercayakan kepada Simon tentu tidaklah mudah untuk dilaksanakan, apalagi kala itu Simon juga masih menempuh kuliahnya di Zhongnan University of Economics and Law. Mau tidak mau Simon harus ekstra keras dalam membagi waktu dan tenaga antara tugas kuliah dan tanggung jawab kantor. Lalu bagaimana Simon menangani pekerjaan yang menumpuk tersebut dalam waktunya yang terbatas? Ia mengakui bahwa bekerja sambil kuliah bukan pekerjaan yang mudah (terlebih di negara asing), namun hal ini bukan berarti hal yang mustahil. Simon banyak belajar dari ketekunan dan kedisiplinan orang-orang Tiongkok. Misalnya, jika dibandingkan orang-orang Indonesia yang begitu gemar dengan berbagai gadget atau telepon genggamnya (bahkan kala bekerja sekalipun), para karyawan Tiongkok hampir tidak pernah membuka gadget atau telepon genggamnya kala mereka bekerja. Keuletan mereka juga sangat menginspirasi Simon, misalnya para karyawan Tiongkok tidak segan-segan mengambil jam lembur guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Di sini Simon melihat bahwa para karyawan Tiongkok tidak bekerja only for the sake of working tetapi bekerja guna kepentingan bersama, kepentingan perusahaan. Mereka betul-betul menghayati bahwa mereka adalah bagian dari perusahaan dan bukan hanya sebagai tenaga kerja yang dipekerjakan oleh perusahaan.

Karena etos kerja para tenaga profesional Tiongkok yang sangat inspiratif, hal ini memberikan dorongan lebih bagi Simon untuk mampu membagi waktu dan tenaganya dalam kuliah dan bekerja. Agar dapat bekerja secara maksimal dalam program magangnya serta tidak mengganggu tugas kuliah, Simon belajar untuk tidak menunda-nunda dalam menyelesaikan setiap tugas kuliahnya. Sebagai contoh, seringkali ketika jam istirahat makan siang kantor, Simon memilih untuk menyicil tugas kuliahnya. Malam hari sepulang bekerja, Simon juga kerap berolahraga (berenang adalah salah satu hobi olahraga Simon sepulang magang) untuk mengembalikan energinya sebelum kembali menyelesaikan tugas kuliah.

PastedGraphic-3

Lebih dari itu, Simon juga berprinsip bahwa lebih baik bersusah-susah dahulu kala muda daripada harus bersusah-susah kala tua. Simon percaya, bahwa pengalaman magangnya di RRT merupakan pengalaman yang belum tentu dimiliki semua orang sehingga memberikan Simon nilai plus dalam karirnya kelak (dan benar sekali, sekembalinya Simon di Indonesia, Simon berhasil memperoleh banyak tawaran kerja).

Untuk tips memperoleh kesempatan magang di Tiongkok, Simon berpesan beberapa hal berikut:

1.Perluas networking dengan banyak kalangan, baik itu Perkumpulan Pelajar Indonesia di RRT atau para mahasiswa lokal (bahkan dosen-dosen lokal) Tiongkok. Sebagai contoh, Simon bercerita bahwa dari teman-temannya di perkumpulan pelajar Indonesia di Tiongkok Simon berhasil memperoleh informasi tentang program magang di Fujian Guanlean Automative Parts Industry. Dari hasil komunikasinya dengan para dosen kampusnya, Simon juga berhasil memperoleh tawaran magang dari 3 perusahaan berbeda di Tiongkok;

2.Tetap tekun mempelajari bahasa Mandarin dan jangan cepat puas diri hanya karena telah menguasai bahasa Inggris. Untuk mengasah kemampuannya berbahasa Mandarin, Simon banyak terinspirasi dari usaha Jack Ma (pendiri Alibaba grup) dalam belajar bahasa Inggris, yakni banyak berteman dan berkomunikasi dengan orang-orang lokal di RRT; dan

3.Tetap rendah hati karena seringkali banyak hal baru, informasi baru, pelajaran-pelajaran baru yang Simon dapat peroleh karena ia mau mendengar dan mau belajar dari orang-orang di sekitarnya.

Sebagai penutup, Simon berpesan bahwa dalam hidup, kita harus menjadi driver dan bukan hanya sebagai passenger yang hanya mengikuti jalannya hidup. Simon mengakui bahwa perjalanannya untuk dapat menuntut ilmu dan bekerja di RRT tidaklah mudah. Ia harus banyak melalui kesulitan dan penolakan, salah satunya ketika ia harus banting setir untuk menuntut ilmu di bidang lain karena tidak mampu membiayai kuliah kedokterannya. Namun, di kala banyak orang putus asa dan menyerah, pengalaman pahit tersebut justru memberikan semangat kepada Simon untuk bangkit dan berusaha lebih baik. Tak disangka, waktu berlalu dan kerja keras Simon membuahkan hasil. Berkat ketekunan dan sikapnya yang pantang menyerah, Simon tidak hanya memiliki segundang pengalaman dan pencapaian luar biasa dalam studinya di Tiongkok, namun Simon kini juga berhasil memegang posisi di salah satu perusahaan mutlinasional terbesar di Indonesia.

 

Foto disediakan oleh penulis.


BAGIKAN
Berita sebelumyaThe Quantification of Your Instagram Post
Berita berikutnyaCapstone: Making Real-Life Policy Advice While Having a Blast!
A law and business enthusiast, Astrid is currently pursuing her budding career as an attorney at one of Indonesia's oldest international corporate law firms. She holds a Bachelor's Degree from Universitas Gadjah Mada (Indonesia) and a Master's Degree from University of Cambridge (UK). Having spent a year in Beijing, Astrid is fluent in Mandarin. In her spare time, Astrid enjoys reading, shopping and daydreaming about more bags to collect.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here