Kerja Dulu atau Sekolah Lagi?

0
4214

Pilihan di persimpangan jalan memang kadang membingungkan. Hal ini tentu dialami oleh kita yang sedang merajut mimpi besar. Salah satu persimpangan yang sering dialami adalah pilihan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya atau bekerja. Pilihan-pilihan ini menjadi hal yang sulit melihat kecenderungan dari kecil mengikuti jejak yang sudah ada. Dari TK hingga kuliah S1, kita cenderung dihadapi pilihan akan sekolah dimana. Namun setelah lulus S1, berbagai macam pilihan jalan berada di depan mata. Ketika menjadi dewasa adalah mengambil pilihan hidup yang sekiranya sulit, kadang kita pun terpengaruh dengan pilihan yang diambil oleh orang lain. dimana tidak ada tuntutan mendesak dari pihak luar dan kita memiliki kebebasan absolut dalam memilih, mari kita anggap pilihan yang tersisa hanya dua: kerja dulu atau sekolah lagi?

 

Semua berawal dari rencana besar. Apa yang ingin kita raih dalam hidup? Rencana lima tahun ke depan dapat menjadi salah satu acuan. Gambaran tentang apa yang kita lihat dalam diri kita lima tahun mendatang, itulah yang menjadi salah satu tolak ukur. Lalu, kita dapat menarik rencana jangka pendek dalam kurun lima tahun tersebut.  Namun, hal terbesar yang perlu diketahui sebelum membuat master plan ini adalah diri sendiri. Iya, know more about yourself. Cari tahu apa kelemahan dan kekuatan. Berencana secara strategis itu memberi dampak signifikan dalam hidup. Don’t go fast, go far.

 

Seringkali, ada satu pertanyaan yang muncul ketika sedang berencana atau mengambil keputusan (baik besar ataupun kecil) dalam hidup: “Bagaimana jika keputusan atau rencana yang saya pilih itu salah?” Benar atau salah itu menjadi hal yang relatif. Namun, kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak mencobanya. Berpeganglah pada keyakinan bahwa keputusan dan rencana yang diambil itu berujung pada mimpi besar. All we need sometimes is something to hold on, in many aspects of our life, including our dream and life purpose.

 

Saya dulu memutuskan untuk mencari pengalaman kerja setelah lulus S1. Dengan mempertimbangkan potensi lapangan pekerjaan dan syarat beasiswa, pengalaman kerja akan meningkatkan probabilitas untuk melanjutkan sekolah S2. . Langsung melanjutkan sekolah juga dapat dipilih bagi mereka yang merasa ilmu S2 akan memberi nilai tambah yang lebih, meski tanpa pengalaman kerja. Apapun pilihan yang diambil, hendaknya kita selalu mengacu pada satu hal: master plan. Master plan pun hendaknya dibuat sesuai dengan riset yang cukup dan mempertimbangkan banyak masukan dari orang (yang sekiranya sebidang). Segala sumber ada di sekitar kita, dari internet, senior dan mentor, dosen, serta praktisi di luar sana. Saya bahkan dulu (hingga sekarang) menggunakan situs-situs seperti Indonesia Mengglobal dalam mencari referensi. Cari tahu sebanyak-banyaknya. Jangan sampai tertinggal dengan kemajuan teknologi dan informasi yang tersebar di banyak tempat.

 

Setelah master plan kita dibuat, satu hal yang menantang ketika sedang menjalankan rencana hidup tersebut adalah percaya kepada diri sendiri. Dalam setiap perjalanan hidup, kita akan selalu dihadapkan dengan berbagai banyak pilihan. Mimpi berubah, passion berpindah, kemampuan diri membuat kita harus memilih. Di sinilah tujuan akhir menjadi pembimbing sejati. Seperti ditulis dalam link ini, tanpa tujuan kita akan berjalan dengan membuang waktu dan energi untuk mendapatkan pencapaian nyata serta hal-hal yang signifikan dalam hidup. Artikel itu menjelaskan tentang bagaimana menjawab pertanyaan seperti “How can I be happy in my career?” Mengutip langsung dari ringkasan eksekutifnya, “The answer to the first question comes from Frederick Herzberg’s assertion that the most powerful motivator isn’t money; it’s the opportunity to learn, grow in responsibilities, contribute, and be recognized.”

 

Tentu orang ingin hidup bahagia, namun kebahagiaan setiap orang diukur dengan cara yang berbeda. Di sinilah kita diajak untuk dapat mengenal diri sendiri lebih dalam. Fase mengikuti tahapan yang orang lain ambil, seperti dari jejak dari SD ke SMP dan dari SMP ke SMA, tidak dapat diterapkan lagi. Belajar mengenal diri sendiri, karena hidup terlalu singkat untuk copy-paste. Pertanyaan “kerja dulu atau sekolah lagi?” dapat menjadi pertanyaan awal untuk mengetahui tentang personal growth kita dan merajut mimpi besar menjadi kenyataan.

 

 

 

Photo provided by Flickr.


BAGIKAN
Berita sebelumyaLOOKING BEYOND US AND UK TO STUDY PUBLIC POLICY? YOU SHOULD CONSIDER NEW ZEALAND
Berita berikutnya“Ngapain S1 di Luar Negeri, Mending Nanti Saja Ketika S2”: Benarkah? (Part 1)
Andrea Adhi currently works as a research associate at J-PAL Southeast Asia. Prior to joining J-PAL, she worked at the Republic of Indonesia’s National Team for Acceleration of Poverty Reduction (TNP2K). She was a Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Professional Fellow in 2014. Andrea holds a bachelor’s degree from Universitas Gadjah Mada in 2012 and a master’s degree from Boston University in 2016, both in economics major. In her spare time, Andrea enjoys watching art and music performance, playing piano and ukulele, or wandering around with her adventurous mind.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here