Pengalaman Belajar di Negeri Orang: Tuliskan, Bukukan (Bagian 2)

0
2911

Simak juga bagian pertama tulisan ini di sini.

Dalam mempersiapkan buku tentang pengalaman kita belajar di luar negeri (baik tulisan how-to ataupun tulisan reflektif; nonfiksi maupun fiksi), berikut beberapa hal yang menurut saya perlu diperhatikan baik-baik.

 

Tentukan Genre dan Tema

Terdapat sejumlah genre yang dapat menjadi pilihan kita dalam menulis buku yang menceritakan pengalaman kita di luar negeri. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  • How-to, yaitu buku yang memberikan panduan dalam melaksanakan sesuatu. Beberapa topik menarik di antaranya: panduan cara memenangkan beasiswa, mencari supervisor di universitas luar negeri, atau meningkatkan kemampuan bahasa asing. Contohnya adalah Beasiswa 5 Benua (A. Fuadi) dan Belajar dan Bekerja di Jepang (A. Fatah Malik).
Beasiswa 5 Benua (A. Fuadi)
Beasiswa 5 Benua (A. Fuadi)
  • Memoar, yaitu buku yang menceritakan pengalaman pribadi yang benar-benar dialami oleh penulis ketika belajar di luar negeri, baik berupa kumpulan kisah yang tidak saling berkaitan atau berupa satu kesatuan jalinan cerita. Contohnya adalah Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu (Irfan Amalee), After Orchard (Margareta Astaman), dan Notes from Qatar (Muhammad Assad).
After Orchard (Margareta Astaman)
After Orchard (Margareta Astaman)
  • Buku perjalanan (travel book), yaitu buku yang mengungkapkan perjalanan yang pernah dilakukan penulis ketika tinggal di negeri orang, baik berupa panduan perjalanan atau catatan perjalanan (travelogue). Contohnya antara lain Titik Nol (Agustinus Wibowo) dan Haram Keliling Dunia (Nur Febriani Wardi).
  • Novel, berupa cerita fiksi yang mengambil latar cerita di negeri orang. Apabila penulis benar-benar pernah tinggal di tempat yang menjadi latar belakang dalam novelnya, tentu ia memiliki keunggulan dalam hal pengalaman. Ia juga lebih berpotensi untuk menyuguhkan setting yang lebih hidup kepada pembaca. Beberapa contoh yang terkenal adalah Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy), Edensor (Andrea Hirata), dan Rantau 1 Muara (A. Fuadi).
Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy)
Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy)

Apapun genre yang kita pilih, kita tetap perlu berupaya untuk menyuguhkan sesuatu yang baru (novelty) dalam manuskrip kita yang akan membedakannya dari karya-karya terdahulu yang telah dibuat oleh orang lain. Hal ini juga akan mendongkrak nilai tambah manuskrip ketika akan ditawarkan kepada sebuah penerbit besar/mayor.

Ketika kita belum cukup percaya diri untuk menulis buku solo, menulis buku secara keroyokan (antologi) bisa juga dipertimbangkan. Hanya saja, kelemahan yang umumnya kita temukan pada buku antologi adalah gaya dan kualitas penulisan yang berbeda-beda antara satu kontributor dengan kontributor yang lain. Karena itu, penulisan buku antologi perlu dilakukan dengan meminimalisasi kelemahan tersebut serta tetap berusaha menonjolkan unsur novelty. Beberapa karya antologi anak bangsa terkait pengalaman di luar negeri adalah Pelangi dari Selatan (oleh para mahasiswa Indonesia di Perth, Australia) dan Risalah Negeri Saba (oleh para mahasiswa Indonesia di Yaman).

 

Kembangkan Naskah

Setelah menetapkan genre dan tema yang hendak kita usung, maka kita perlu segera memulai penulisan naskah. Sebaiknya, naskah ditulis segera setelah kita mengalami suatu kejadian, sehingga kita masih mengingat detail-detail peristiwa yang mengiringi kejadian tersebut.

Dalam menulis naskah, kita perlu memperhatikan tahapan-tahapan berikut:

  • Pre-writing: merencanakan apa yang hendak kita tulis, menyusun kerangka tulisan, mind mapping.
  • Drafting: menyusun draft awal tulisan, langsung kita tuangkan apa yang ada dalam pikiran.
  • Revising: memperbaiki draft awal agar menjadi tulisan yang lebih mudah dipahami oleh pembaca.
  • Editing: menyunting tulisan dengan mengoreksi ejaan, tanda baca, diksi, tata bahasa, dan sebagainya.
  • Publishing: sebelum ditawarkan kepada penerbit, ada baiknya untuk meminta orang lain (misalnya keluarga atau teman dekat) untuk membaca naskah kita dan memberikan saran perbaikan.

 

Terbitkan

Setelah merampungkan naskah, selanjutnya kita bisa bersiap untuk mengirimkan naskah kita kepada penerbit. Menerbitkan buku melalui penerbit mayor menawarkan beberapa keunggulan, seperti layanan editorial yang profesional, quality control yang lebih ketat, kualitas cetakan buku yang lebih baik, serta jaringan distribusi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Namun, di sini kita dituntut untuk sabar karena proses ini memerlukan waktu yang cukup lama. Ada kemungkinan kita harus menunggu cukup lama untuk menunggu keputusan penerbit apakah naskah kita diterima untuk diterbitkan atau tidak. Semakin bagus reputasi suatu penerbit, semakin lama kemungkinan waktu review naskah. Selain mempertimbangkan kualitas suatu naskah, penerbit tentunya juga mempertimbangkan nilai jual (marketability) naskah tersebut.

Apalagi naskah diterima oleh penerbit, masih ada serangkaian proses berikutnya yang harus dilalui: editing, layout, desain sampul, hingga pencetakan. Adapun royalti yang diterima penulis umumnya berkisar 10% dari harga buku.

Karena beberapa kekurangan yang melekat pada penerbitan melalui penerbit mayor, beberapa penulis cenderung menerbitkan buku sendiri (self-publishing). Saat ini semakin banyak perusahaan atau perorangan yang menawarkan jasa self-publishing kepada penulis. Kelebihannya, penulis tidak harus melalui review yang ketat dan dapat memperoleh royalti dalam persentase yang jauh lebih besar. Namun, penulis harus mengeluarkan biaya pencetakan yang cukup besar di awal, serta harus bekerja keras mempromosikan karyanya agar dikenal oleh khalayak.

 

Promosikan

Dengan banyaknya judul buku yang diterbitkan oleh penerbit dalam satu periode, tidak mungkin penerbit dapat membantu mempromosikan seluruh buku yang diterbitkannya. Karena itu, penulis dituntut untuk proaktif dalam memperkenalkan bukunya kepada masyarakat serta melakukan berbagai upaya promosi.

Dengan pesatnya penggunaan media sosial saat ini, penulis bisa menggunakan akun media sosialnya untuk berpromosi (misalnya di Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan Goodreads). Apabila sumber daya memungkinkan, penulis dapat menyelenggarakan peluncuran (launching) buku dengan bekerja sama dengan penerbit, toko buku, atau sekolah/kampus. Bisa ditempuh juga strategi promosi lain seperti endorsement oleh public figures, blog tour, dan giveaway.

Photos provided by the author


BAGIKAN
Berita sebelumyaStudying Middle Eastern Studies in The US
Berita berikutnyaBringing Theory into Practice – The Post-Master Life of a Clinical Pharmacist
Salim Darmadi lahir dan besar di Kediri, Jawa Timur. Menyelesaikan pendidikan di Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, Tangerang Selatan, dan The University of Queensland, Brisbane, Australia. Saat ini meniti karier profesional di salah satu institusi sektor publik di Jakarta. Berhasil menyabet sejumlah penghargaan di bidang penulisan karya tulis ilmiah tingkat internasional. Aktif dalam kegiatan organisasi dan komunitas sejak duduk di sekolah menengah. Buku solo pertamanya, Serpihan Inspirasi: Hikmah dari Negeri Seberang, diterbitkan oleh Elex Media Komputindo pada tahun 2016. Pada tahun 2017, Salim berhasil memperoleh Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP untuk menempuh pendidikan doktoral di luar negeri.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here