Pengalaman bersekolah di Finlandia

2
17184
Tamasya ke Naantali, Turku

Banyak sekali teman-teman dan kolega mengerutkan dahi ketika mendengar saya akan sekolah di Finlandia, tepatnya di Aalto-Yliopisto, Helsinki.  Maklum, selain Nokia, F1 and Angry Birds, negara Finlandia tidak terlalu terdengar namanya di Indonesia. Namun, keputusan saya untuk melanjutkan studi saya di Finlandia adalah suatu keputusan terbaik yang saya ambil! Yuk, simak ceritanya!

 

Tamasya ke Naantali, Turku
Tamasya ke Naantali, Turku

Setelah lulus dari jurusan seni murni di Lasalle College of the Arts, Singapura, saya terpanggil untuk menjadi seorang guru seni. Selama dua setengah tahun saya mengajar di sebuah art studio di Singapura. Akan tetapi, pengalaman mengajar saya terasa tak cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di hati saya terkait menjadi seorang guru. Dari sanalah, saya memutuskan untuk kembali ke sekolah untuk belajar tentang pendidikan seni. Saya-pun mulai mempersiapkan diri untuk mendaftar ke sekolah sebanyak mungkin dan berdiskusi dengan guru-guru saya.

Karena kebanyakan guru-guru saya lulusan dari Australia dan Inggris, pada awalnya saya-pun ingin melanjutkan pendidikan saya ke Inggris. Namun setelah berdiskusi dengan guru-guru saya, mereka menyarankan negara Scandinavia terutama Finlandia untuk destinasi studi saya karena riset-riset tentang pendidikan yang terbaik di dunia bersumber di situ. Lucunya, kurang dari seminggu kemudian, ada artikel mengenai “Pendidikan Finlandia terbaik di seluruh dunia” di surat kabar langganan, jadi semakin mantap-lah niat saya untuk bersekolah di Finlandia!

Persiapan untuk sekolah di Finlandia cukup ribet, apalagi setahu saya masih belum ada agen pendidikan yang bisa membantu. Maklumlah destinasi sekolah ke Finlandia masih belum mainstream dibandingkan destinasi sekolah di Eropa lainnya seperti Jerman, Belanda, Inggris atau Prancis. Pada saat saya mendaftar sekolah di Finlandia, biaya pendidikan tingkat S1, S2 dan S3 masih gratis. Sayangnya terhitung dari Agustus 2017 pemerintah Finlandia memutuskan untuk mengenakan biaya bagi pelajar Non-EU/EEA. Biayanya berkisar dari € 5.000-20.000 per tahun tergantung dari Universitas dan program. Hanya program S3 yang sampai sekarang belum ada rencana akan mengenakan biaya.

Saya mempersiapkan semua sendiri dari nol. Yang pertama harus disiapkan adalah dokumen-dokumen mendasar seperti: Attendance Letter, Recommendation Letter, ijazah yang sudah di legalisasi, TOEFL/IELTS dan lain sebagainya. Setelah diterima dan mendapatkan surat penerimaan dari sekolah, saya pun langsung mengurus visa pelajar di kedutaan besar Finlandia. Setelah mendapatkan visa, langkah terakhir tinggal mencari tempat tinggal melalui HOAS, sebuah organisasi housing khusus pelajar di Finlandia. Saya pun mendaftarkan diri ke HOAS secepat mungkin karena housing dari HOAS sangat banyak peminatnya. Selain HOAS, ada banyak sekali private market tanpa agen menyewakan kamar atau apartemen di internet, termasuk Facebook Group. Untuk lebih jelasnya mengenai persiapan sebelum berangkat, bisa menghubungi website PPI Finlandia.

Biaya hidup di Helsinki terhitung cukup tinggi. Pada saat ini saya hidup dengan € 700-800 per bulan dengan rincian sebagai berikut: € 200-300 untuk biaya tempat tinggal dari HOAS (yang sudah di subsidi pemerintah). Saya menempati apartemen dengan daerah dapur dan toilet yang sharing dengan penyewa lainnya (2-3 orang). € 50 untuk transportasi umum dan biaya langganan ponsel, makanan dan groceries sebanyak €250 , dan sisanya untuk emergency atau ditabung. Meski biaya hidup cukup tinggi, pelajar berhak untuk bekerja paruh waktu selama 25 jam/minggu. Banyak sekali pelajar-pelajar pendatang yang bekerja paruh waktu dan biasanya gaji yang didapatkan cukup untuk menutupi biaya hidup sehari-hari.

Program yang saya ambil adalah Nordic Visual Studies and Art Education (NoVA) dimana pada saat itu, saya adalah satu-satunya orang Asia di jurusan saya. Jurusan saya cukup unik karena kolega saya bukan hanya dari Aalto di Finlandia, tetapi juga Aalborg University di Denmark, Høgskolen i Oslo og Akershus di Norwegia, dan Konstfack University di Swedia. Setiap semester kami berkumpul beberapa kali di salah satu sekolah untuk menghadiri kelas bersama-sama dan berikutnya di follow-up dengan online class. Program saya juga mewajibkan siswanya untuk mengikuti exchange study ke negara-negara Nordic lainnya selama satu semester agar memperluas wawasan dan minat karena setiap sekolah memiliki keunggulan masing-masing. Diskusi yang ada di kelas juga menjadi kaya karena kelasnya memiliki murid dari latar belakang yang berbeda-beda.

Pemandangan dari jendela kamar sewaktu pertukaran pelajar di Oslo, Norwegia
Pemandangan dari jendela kamar sewaktu pertukaran pelajar di Oslo, Norwegia

Format kelas nya sama dengan sistem sekolah di Eropa pada umumnya yaitu sistem credit ECTS dimana ada beberapa kelas yang wajib diikuti, dan kelas pilihan sendiri. Program nya sendiri menitikberatkan riset dan diskusi meski ada beberapa kelas ilmu praktis yang bisa diambil sebagai sampingan. Salah satu yang unik dari sistem pendidikan di Finlandia adalah ketiadaan ujian akhir dan sistem pass/fail. Menurut pengalaman saya, rata-rata setiap kelas membutuhkan presentasi kehadiran yang cukup, keaktifan di diskusi dalam kelas dan presentasi atau tugas tertulis individual/kelompok. Kebebasan dalam belajar adalah misi nomer satu dari pendidikan di Finlandia. Banyak sekali seminar yang saya ikuti mengangkat tema crossdiciplinary. Contoh nya saya pernah mengikuti seminar yang menghubungkan pendidikan seni dan nutrisi, Matematika, bahkan Bioteknologi! Sungguh perspektif yang unik apabila saya membandingkan dengan pendidikan saya sebelumnya di Singapura atau Indonesia yang biasanya memiliki sekat kaku antara disiplin ilmu.

Salju yang tidak habis-habis
Salju yang tidak habis-habis

Setelah sekarang dua tahun menempuh pendidikan di sini, dan mengikuti pertukaran pelajar selama satu semester di Oslo. Harus saya akui kalau negara-negara Nordic memiliki kualitas program pendidikan yang sangat baik. Di program studi saya, saya mendapatkan banyak sekali kesempatan untuk menghadiri talk dan konvensi pendidikan yang berkualitas tinggi. Sekolah juga selalu menanggung biaya penerbangan dan tempat tinggal apabila ada simposium di luar negeri/ kota. Selain itu juga sebagai pelajar dibawah 30 tahun saya mendapatkan banyak sekali potongan harga seperti tiket transportasi, tiket masuk museum dan makanan di kantin sekolah yang murah (€ 2,6 per porsi). Guru-guru yang ada di sekolah saya juga sangat berkualitas tinggi dan berdedikasi. Singkat kata, nyaris di semua aspek perkuliahan didukung penuh oleh sekolah dan guru-gurunya. Terutama, mereka sangat terbuka dengan masukan dan kebutuhanmu sebagai pelajar pendatang!

Sekian sedikit cerita saya tentang pengalaman saya bersekolah di Finlandia. Sekolah di Finlandia memberikan saya banyak pengalaman berharga yang ingin saya bagikan ke anak-anak Indonesia yang bercita-cita untuk sekolah keluar negeri. Stay tune buat artikel saya tentang sekolah di Finlandia yang berikutnya!

 

(All photos courtesy of Karina Angelika)

2 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke vita desy anggraeni Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here