Program Mahasiswa Internasional Nagasaki – Beasiswa JASSO

0
1076

Awal tahun 2014 yang lalu saya mengalami suatu hal menarik yang ingin saya bagikan pada para pembaca yakni pengalaman saya mendaftar berbagai program pertukaran pelajar yang disediakan oleh universitas saya, Universitas Airlangga. Saat itu saya sudah ada di semester kedelapan, di mana tahun itu adalah tahun terakhir saya menimba ilmu di Fakultas Hukum dan seharusnya saya sudah mulai menyiapkan skripsi untuk kelulusan di pertengahan tahun. Tapi, saya memutuskan untuk tidak mengikuti jalur yang diambil oleh mahasiswa lainnya. Tiga tahun di universitas sudah saya habiskan dengan mengikuti berbagai kegiatan organisasi juga kompetisi tingkat lokal, nasional maupun internasional, sehingga tidak ada waktu bagi saya untuk mengambil program pertukaran pelajar selama satu semester maupun satu tahun. Saya merasa saya harus pergi, it’s really now or never. Maka ketika kesempatan itu datang, saya tidak lagi berpikir bahwa saya seharusnya bersiap untuk lulus, saya malah bergegas mencari program mana yang bisa saya ikuti. Terlambat untuk mengikuti program pertukaran pelajar satu semester di National University of Singapore kala itu, pilihan saya jatuh pada program pertukaran pelajar selama satu tahun di bawah Nagasaki International Student Program dari Universitas Nagasaki di Jepang dan program satu semester di Universitas Chonnam dari Korea Selatan. Awalnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri di Universitas Nagasaki saja, namun karena pengumuman hasil penerimaan tidak kunjung datang, maka akhirnya saya pun mendaftarkan diri di Universitas Chonnam. Tidak disangka 3 minggu setelah saya dikonfirmasi saya diterima di Universitas Chonnam, saya mendapat berita bahwa saya juga diterima di Universitas Nagasaki. Ada beberapa tips yang saya rasa sangat membantu saya dalam proses aplikasi dan juga mempertimbangkan pilihan yang saya hadapi saat memilih program mana yang sebaiknya saya ambil berdasarkan urutan proses aplikasi.

Saat Proses Aplikasi Studi Banding

  • Ketahui terlebih dahulu bahasa yang digunakan

Membayangkan studi banding di Jepang membuat saya sangsi; ada ketakutan bahwa bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Jepang dan karena saya tidak bisa berbahasa Jepang hal ini pun bisa menjadi salah satu hambatan saya pergi ke Jepang. Setelah meminta beberapa kali konfirmasi melalui Universitas Airlangga, Universitas Nagasaki menjamin bahwa bahasa yang digunakan adalah Bahasa Inggris. Untungnya, Universitas Chonnam juga demikian, menjamin bahwa setiap kelas akan dibawakan dalam bahasa Inggris. Kedua universitas ini juga mengimbau mahasiswa internasional untuk mengikuti kelas bahasa Jepang dan bahasa Korea yang mereka sediakan.

  • Telusuri mata kuliah dan kesempatan transfer nilainya

Saya adalah seorang mahasiswa di tahun terakhir, yang tidak terlambat secara SKS, jadi sebenarnya saya sudah siap lulus, hanya belum memenuhi kebutuhan untuk skripsi saja. Saya pun tidak terlalu memusingkan apabila mata kuliah dalam program pertukaran pelajar saya ini akan bisa ditransfer atau tidak. Tapi hendaknya teman-teman menimbang terlebih dahulu, khususnya bagi yang menuntut diri untuk lulus tepat waktu. Saya selalu percaya bahwa yang terpenting bukan berapa lama kita kuliah, tapi apa saja yang kita lakukan selama kuliah adalah hal yang terpenting. Maka, setiap pilihan akan ada konsekuensinya masing-masing. Diskusikan dengan dosen wali dan orangtua atau siapapun yang berkepentingan bila perlu.

  • Cek dan cek lagi setiap detail persyaratan

Setiap kali saya ditanya apa persiapan saya ketika ingin mendaftar kegiatan internasional, saya akan selalu jawab TOEFL! TOEFL ini yang paling penting, kawan. Paling minimum sebelum mendaftar untuk program studi banding apapun, TOEFL ITP harus sudah tersedia. Begitu menyadari ingin mengikuti kegiatan internasional, sekali pun belum ada kesempatan yang datang, saya sarankan saat itu jugalah ambil tes TOEFL, karena ada banyak sekali kasus yang terjadi pada teman saya di mana mereka gagal mendaftar suatu kegiatan internasional hanya karena mereka belum mempunyai hasil tes TOEFL. Tips paling jitu untuk menyiapkan persyaratan pendaftaran adalah untuk membuat checklist yang kemudian sebaiknya dibandingkan dengan checklist yang dibuat oleh teman anda yang lain yang ikut mendaftar atau lebih baik lagi, harus dibandingkan dengan checklist yang tersedia dengan petugas di Universitas yang mengurus proses aplikasi. Jangan ragu-ragu untuk memberanikan dirimu bertanya kepada mereka, karena toh ketika kalian diterima, kalian mungkin hanya seorang diri berangkat, maka berani bertanya sudah merupakan bekal yang penting sebelum memulai perjalanan untuk studi banding. Tips lain yang bisa saya berikan adalah hubungilah alumni dari program yang sama sebelumnya atau bila ini masih tahun pertama di universitas-mu, maka hubungi senior-senior yang sudah pernah diterima dalam program serupa sebelumnya. Tentu nasihat dari mereka akan sangat membantu dalam menyiapkan proses aplikasi.

  • Tahu seluk-beluk proses seleksi

Lain program, lain proses seleksinya. Sebagai ilustrasi,  untuk program di Universitas Nagasaki, kami, para pelamar saat itu, hanya memiliki waktu 3 hari saja untuk menyiapkan berbagai persyaratan dari aplikasi kami. Belum lagi ada persyaratan pemeriksaan kesehatan dari laboratorium yang harus selesai dalam waktu kurang dari 3 hari. Uniknya, dalam program ini, seleksi universitas dilakukan dengan memilih dua kandidat terbaik melalui dokumen yang masuk, tanpa proses wawancara karena singkatnya waktu yang diberikan oleh Universitas Nagasaki. Selanjutnya Universitas Nagasaki lah yang akan memilih 1 dari kandidat terbaik yang diajukan oleh Universitas Airlangga. Proses aplikasi ini berbeda dengan proses aplikasi yang saya ikuti untuk mendaftar di Universitas Chonnam. Universitas mengadakan seleksi berkas dan juga wawancara, yang terpilih akan langsung diterima menjadi mahasiswa pertukaran pelajar di Universitas Chonnam tanpa ada seleksi lebih lanjut dari Universitas Chonnam.

Persiapan Sebelum Keberangkatan

  • Cari tahu info beasiswa dan kenali pola pemberian beasiswa

Universitas Nagasaki menerima hanya satu mahasiswa saja dari Universitas Airlangga dan 1 mahasiswa ini akan mendapatkan beasiswa selama sebelas bulan dari JASSO. Tiket pesawat tidak ditanggung oleh JASSO juga dengan bulan pertama kita di Jepang, maka tiket pesawat dan biaya hidup bulan pertama harus kita siapkan sebelum keberangkatan. Hati-hati jika kita berangkat mendekati hari masuk kuliah, karena tiket pesawat cenderung mahal saat itu, juga berhati-hatilah terhadap bulan pertama. Karena biasanya saat baru pertama kali datang, ada banyak hal yang harus kita beli untuk mengisi kamar kita.

Lain lagi untuk Universitas Chonnam, universitas ini menerima tiga kandidat dari Universitas Airlangga tanpa beasiswa untuk biaya hidup di sana untuk program satu semesternya. Namun, setelah satu bulan di sana, akan dipilih 1 mahasiswa yang berhak mendapatkan beasiswa untuk biaya hidup tiga bulan terakhir dan tiket pesawat untuk pulang.

  • Cermati biaya hidup di sana

Dari info PPI yang ada di Nagasaki, saya mendapatkan informasi bahwa hidup dengan 80.000 yen di Nagasaki memang cukup, dengan syarat dan ketentuan tertentu. 80.000 yen ini sesuai dengan beasiswa yang saya dapatkan tiap bulannya dari JASSO, tapi jika teman-teman suka makan di luar, tentu saja nominal ini bisa saja tidak cukup. Saya pribadi yang suka menghabiskan waktu di kampus, sekali pun sudah bawa bento, masih suka sekali jajan dan makan di luar, maka berhemat-hematlah saat berada di Jepang karena bisa jadi 80.000 yen ini tidak cukup. Biaya hidup di Jepang juga tergantung dari pemakaian listrik, gas dan air yang digunakan, karena biasanya di Jepang biaya ini dihitung terpisah dengan biaya rental ruangannya. Jika ditambah pula dengan biaya transportasi, asuransi kesehatan dan tagihan telepon tiap bulannya, tentu saja jumlah ini akan bertambah. Untunglah bagi saya, Nagasaki merupakan kota kecil jadi biaya-biaya hidup pun relatif lebih murah dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Jepang.

Dibandingkan dengan Nagasaki, biaya hidup di Gwangju (Universitas Chonnam) memang lebih murah. Biaya asrama pun sudah termasuk dengan biaya listrik, air dan gas, namun untuk listrik ada kuotanya, sehingga bila melebihi kuota itu, kita harus membayar sendiri kelebihannya.

  • Cek musim

Satu tahun atau pun enam bulan, periksalah macam-macam musim di negara tujuan: berapa suhu paling rendah dan berapa suhu paling tinggi. Dari situlah kita bisa menentukan macam pakaian dan sepatu yang kita bawa atau akan kita beli di negara tujuan. Memutuskan untuk membeli barang-barang ini di Indonesia atau di negara tujuan menurut saya adalah pilihan yang sulit karena bila sedang musimnya, berbagai barang akan mahal di sana namun membeli di Indonesia juga belum tentu lebih murah karena kita harus membayar biaya kelebihan bagasi bila berlebihan. Maka tentu saja hal ini perlu pertimbangan yang matang.

  • Bawalah berbagai perangkat kebudayaan

Kemana pun saya beli, saya selalu mengalokasikan minimal 500.000 ribu rupiah untuk berbagai peralatan kebudayaan khas Indonesia. Saya suka sekali berbelanja berbagai macam barang khas tradisional seperti tas batik, kain batik, wayang berpigura, mainan plembungan, gantungan kunci, kartu pos, magnet kulkas dan berbagai barang lain yang nantinya akan saya bagikan kepada teman-teman saya di luar negeri. Termasuk di Jepang. Saya mengalokasikan lebih banyak dari biasanya karena saya tau saya akan bertemu dengan banyak sekali mahasiswa internasional dan mahasiswa Jepang selama saya di Jepang. Jadilah koper biasanya juga penuh dengan berbagai buku dan oleh-oleh khas Indonesia.

  • Pelajari bahasa lokal sebelum berangkat

Tidak terpikir oleh saya untuk mengambil kelas bahasa Jepang setelah saya memutuskan untuk pergi ke Jepang. Hasilnya, ketika libur semester telah tiba dan saya ingin mengambil kelas bahasa, hampir semua lembaga kursus Bahasa Jepang yang saya hubungi mengabarkan bahwa mereka sedang tidak menawarkan kelas karena sedang musim libur kuliah. Maka saya membeli berbagai buku dan CD untuk belajar bahasa Jepang dan belajar secara otodidak. Kelas di Jepang memang tidak menggunakan bahasa Jepang, tapi kita semua tahu bahwa orang Jepang sangat bangga dengan bahasa ibunya, sehingga cukup sulit untuk bertahan hidup di Jepang bila tidak bisa bercakap lancar dalam bahasa lokal, maka belajar bahasa lokal bisa menjadi sangat penting.

  • Bawa makanan dari Indonesia yang sangat kamu suka

Abon, bumbu pecel, telor asin, atau makanan apa pun yang teman-teman suka, sebaiknya dibawa beberapa bungkus. Apalagi bila perginya setahun. Maka, memiliki stok makanan dan bumbu Indonesia akan cukup membantu teman-temn mengobati rindu akan kampung halaman. Apalagi ketika teman-teman tinggal di kota kecil di suatu negara, tidak akan mudah mendapatkan makanan internasional dibandingkan bila teman-teman hidup di ibu kotanya.

  • Persiapkan Mental

Ini adalah persiapan paling penting menurut saya. Di negara studi banding, teman-teman akan berkompetisi dengan berbagai mahasiswa internasional dari berbagai negara. Biasakan banyak membaca dan berdiskusi sebelum berangkat, agar tidak kaget ketika sampai di tempat tujuan. Bulan pertama di Nagasaki, saya sudah dikagetkan dengan materi 200 halaman yang harus saya baca selama satu minggu untuk bahan diskusi kelas selanjutnya di minggu berikutnya. Tentu saja kita tidak ingin dibuat malu karena saat diskusi di kelas kita tidak bisa menjawab berbagai pertanyaan dan ide yang diajukan baik oleh Profesor atau pun teman-teman kita di kelas.

 

Pada akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Jepang, selain programnya sudah ditanggung oleh beasiswa, almamater saya, Universitas Airlangga, masih berbaik hati menambahkan uang saku untuk tiket pesawat dan kebutuhan hidup bulan pertama saya di Jepang. Belum lagi bila saya mengundurkan diri untuk program yang di Jepang, maka saya tidak bisa digantikan oleh teman saya yang menduduki tingkat kedua. Berbeda halnya dengan program di Korea Selatan. Ketika saya mengundurkan diri dari program ini, Universitas Airlangga diijinkan menggantikan saya dengan kandidat yang lain, yang berarti, saya bisa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengikuti program pertukaran pelajar ini. Yang perlu diingat adalah program beasiswa dari JASSO ini digilir setiap tahunnya, sehingga Universitas Nagasaki, yang pada tahun 2014 mendapatkan JASSO, belum tentu pada tahun 2015 mendapatkan beasiswa JASSO. Jadi, cermati kesempatan yang teman-teman punya dan selalu cari tahu informasi seperti ini dari International Office di universitas kalian.

All the very best! Kalau para pembaca mempunyai pertanyaan yang perlu dijawab, hubungi saya di herdiani.subagyo@aiesec.net and I’ll be happy to help you out!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here