Stanford (Part I): Kampus dan Akademika

38
16958

Hampir dua tahun lalu, sebagai siswa SMA, saya memilih untuk melanjutkan pendidikan di Stanford University, California. Salah satu keputusan terbaik dalam hidup saya. Apapun ekspektasi saya akan Stanford dua tahun lalu, selama dua tahun ini Stanford selalu melewati ekspektasi itu. Saya bakal cerita sedikit tentang pendidikan, kehidupan murid, dan aspek-aspek lain di Stanford yang selama ini saya amati. Karena rasanya bakal panjang, post ini akan dibagi dua – post ini akan memuat cerita tentang kampus dan sisi akademis di Stanford. Sebagai mahasiswa Computer Science, contoh-contoh dalam karangan ini terkadang spesifik ke pengalaman saya di bidang ini. Tentu mahasiswa-mahasiswa di bidang lain mungkin punya perspektif lain tentang pengalaman Stanford mereka.

Kampus

Stanford (Part I): Kampus dan Akademika
Stanford Memorial Church

Dengan luas 8180 acre, Stanford adalah universitas terbesar di dunia dari aspek luas tanah, juga diakui umum sebagai salah satu universitas tercantik di dunia. Arsitekturnya klasik, ditandai dengan atap bata merah dan bangunan batu pasir. Sepanjang lorong Stanford ditandai lengkungan-lengkungan dramatis (lihat foto), membuat berjalan ke kelas jarang membosankan. Banyak lokasi turis di kampus ini, seperti Memorial Church, atau Hoover Tower, menara yang didedikasikan untuk Herbert Hoover, mantan presiden Amerika dan mahasiswa Stanford angkatan pertama.

Stanford terletak 1 jam jauhnya dari San Francisco, di tengah-tengah Silicon Valley, daerah industri IT di mana perusahaan-perusahaan seperti Facebook, Google, Intel, Yahoo dan Apple berpusat. Bahkan beberapa pemimpin atau penemu perusahaan-perusahaan ini adalah alumni Stanford, seperti Jerry Yang (pendiri Yahoo), atau Sergey Brin dan Larry Page (pendiri Google), dan masih banyak lagi. Karena lokasi yang dekat ini, pendidikan dan kehidupan murid di Stanford banyak bercampur dengan kehidupan Silicon Valley – lebih banyak tentang ini nanti.

Stanford (Part I): Kampus dan Akademika
Larry Page and Sergey Brin, Stanford alumni and Google founder

Faktor terakhir tentang lokasi yang penting – cuaca! Stanford terletak di daerah yang cuacanya paling enak di Amerika: nggak terlalu dingin, nggak terlalu panas. Redwood City, kota yang 25 menit jauhnya dari Stanford, adalah salah satu dari 3 kota dengan iklim terbaik di dunia. Di musim dingin, suhu terendahnya hanya sekitar 2 – 5 derajat Celcius. Di musim panas, suhunya hanya sedikit lebih dingin dari Indonesia, sekitar 18 – 28 derajat. Ini berarti nggak perlu bawa jaket tebal-tebal, dan mostly bisa keluar dengan kaos dan jeans aja 🙂

Akademis

Stanford hampir selalu termasuk  dalam daftar 5 besar ranking-ranking universitas terbaik di dunia. Universitas ini khususnya terkenal untuk bidang-bidang teknik, seperti ilmu komputer. Tapi yang oke banget tentang akademis di Stanford adalah keseimbangannya. Hampir semua jurusan di sini masuk daftar universitas terbaik di Amerika dan dunia – entah itu di bidang teknik, ilmu sosial, psikologi, matematika, sains, hukum, sejarah, atau bisnis / ekonomi. Ini jarang banget di universitas top dunia, yang biasanya cuma berfokus di beberapa bidang tertentu. Keseimbangan ini membuat hampir semua murid Stanford biasanya punya banyak interest dan mengambil kelas di bidang yang bervariasi. Misalnya, selain suka mengambil kelas computer science (jurusan saya), saya juga mengambil kelas-kelas seperti linguistik, psikologi, sejarah dan ilmu bumi (earth system). Ini dibantu dengan peraturan / requirement yang sangat rileks dan nggak mengikat. Kami diberi banyak kebebasan untuk memilih kelas-kelas, bahkan kita bisa mendesign major kami sendiri.  Kami harus sudah memutuskan jurusan di akhir sophomore year (tahun kedua), tapi selama tahun pertama, kami diencourage untuk bereksplorasi dan menemukan apa sih yang kami suka.

Secara akademis, Stanford terkenal dengan interdisciplinary studynya – pembelajaran yang menggabungkan jurusan-jurusan yang berbeda untuk membentuk pengertian yang lebih penuh. Contohnya adalah  Symbolic Systems (contoh lulusan : Marissa Mayer, jajaran atas di Google, atau Scott Forstall, vice president Apple yang memimpin pembuatan iPhone) yang menggabungkan Computer Science, Philosophy, Psychology, Linguistics, Communication, dan Education. Jurusan ini mempelajari cara manusia berpikir. Aplikasinya bisa berupa desain produk yang sesuai psikologi dan keinginan pengguna atau artificial intelligence yang meniru cara berpikir manusia. Ada juga Management Science & Engineering yang seperti MBA / bisnis untuk orang-orang di bidang-bidang sains dan engineering. Human Biology, yang menggabungkan biologi, farmasi obat2an, nutrisi, dan antropologi. Interdisciplinary study seperti ini membawa pendidikan ke arah yang lebih spesifik dan terspesialisasi, serta mendayagunakan orang-orang yang punya beragam interest. Hampir semua (atau semua?) departemen memungkinkan mahasiswa untuk mendesign majornya sendiri.

Sistem pendidikan ini juga sangat membina critical thinking. Dalam pendidikan di US, ini dicapai oleh pelajaran humanities, seperti dengan sangat jelas dituturkan video ini (berjudul “In Defense of Humanities”, oleh profesor di Stanford). Kelas-kelas humanities mendorong kita bertanya dan mendiskusikan life questions, mendorong kita untuk berpikir tentang hal-hal yang biasanya kita take for granted. Semua mahasiswa tingkat 1 di Stanford wajib mengambil 3 quarter (caturwulan) Introduction to Humanities. Di quarter pertama saya, kelas humanities saya mengajak murid untuk membayangkan bagaimana teknologi bisa membentuk masa depan yang utopian atau dystopian. Di quarter kedua dan ketiga, kami menelaah cerita-cerita dari agama Kristen, Budha, Hindu dan Islam secara kritis, dari sisi historis dan teologis. Yang paling menyenangkan dari kelas-kelas ini adalah debat-debat / diskusi yang berlangsung di kelas. Dua kali seminggu, selama satu jam, sekitar 15 orang murid duduk di sekeliling meja kotak besar bersama seorang guru, dan kita berdiskusi atau berdebat tentang topik pelajaran itu. Guru benar2 jadi fasilitator dan berlaku seperti salah satu peserta diskusi juga, bersama-sama membangun argumen secara konstruktif. Ingin mencoba kelas-kelas lecture Stanford? Kamu bisa lihat kelas online Stanford di coursera.org atau di iTunesU.

Apakah sulit sekolah di sini? Iya dan enggak. Iya, karena nilai kita dibandingkan dengan temen-temen sekelas yang bisa dibilang termasuk orang-orang tercerdas di dunia. Enggak, karena 1) saya merasa saya belajar hal-hal yang saya suka dan kebanyakan kelas saya menarik banget buat dipelajari. 2) mayoritas orang-orang di sini arguably nggak terlalu peduli sama nilai, tapi lebih ke apa yang mereka pelajari. Anehnya, orang-orang terjago yang saya tau di Stanford malah nggak terlalu bagus nilai pelajarannya – banyak dari mereka yang sibuk kerjain project on the side dan cuma serius di pelajaran kalau pelajaran itu berguna buat mereka. Banyak juga ada project classes yang tugas akhirnya bikin hasil karya nyata, misalnya robot, program atau perusahaan (startup). Kelas-kelas kayak gini biasanya level kesulitannya beragam, tergantung apa yang pengen kamu dapat dari kelas ini. Misalnya, kalo kamu cuma pengen pass kelas itu, gampang. Tapi buat mereka yang bakal pake project kelas ini buat bikin perusahaan sungguhan, tentu mereka bakal nuangin banyak waktu dan tenaga di kelas tersebut. Oh ya, di sini juga hampir nggak pernah ada orang yang nanya nilai tes / GPA orang lain.

Nggak cuma ada kelas-kelas serius aja, tapi juga kelas-kelas yang super asik. Kelas paling populer di sini adalah kelas social dancing dan wine tasting. Ada kelas berjudul Sleep and Dream  yang bakal kasih kamu ekstra kredit kalau bisa tidur di kelas. Kelas sports di sini juga lengkap (tim olahraga di sini juga salah satu yang terbaik di Amerika!), seperti memanah, golf, sampai kickboxing. Ada juga kelas bertani. Murid-murid bisa memulai dan mengajar kelas mereka sendiri, dengan mengajukan “Student-Initiated Course”. Kelas apapun yang kamu bisa pikirkan – mungkin kelas itu dapat ditemukan di Stanford. 44% mahasiswa di Stanford study abroad sedikitnya 1 quarter dalam pendidikan Stanford mereka, melalui Bing Overseas Study  yang menawarkan kesempatan study abroad ke banyak kota, seperti Australia, Barcelona, Berlin, Cape Town, Madrid, Oxford, Paris, dan Santiago. Ada juga program bersekolah 1 quarter di Washington DC, di mana kurikulumnya termasuk internship di instansi pemerintah. Ada yang bekerja di kantor senator, surgeon general, jaksa agung dan banyak lagi.

Secara akademis dan profesional, Stanford membuka banyak pintu kesempatan buat murid-muridnya. Riset, misalnya – di jurusan computer science, sudah ada kesempatan riset di summer di akhir tahun pertama. Semua murid S1 di Stanford wajib mengambil kelas tiga kelas writing yang berbasis di research, sehingga semua mahasiswa tingkat dua sudah tahu dasar-dasar menulis research paper. Misalnya, di dua kelas writing yang saya sudah ambil, saya meriset dan menulis tentang penanganan HIV-AIDS di Indonesia, dan kerjasama Soekarno-Hatta dan Jepang selama penjajahan Jepang di Indonesia. Hubungan erat antara Stanford dan industri di sekitarnya juga membawa banyak manfaat, terutama untuk mahasiswa-mahasiswa yang mempelajari bidang teknik seperti Electrical Engineering atau Computer Science.  Stanford adalah salah satu tujuan utama recruiting di kebanyakan perusahaan, entah melalui career fair atau info session perusahaan tertentu yang ada hampir setiap hari. Mahasiswa di bidang ini  sudah mulai bekerja praktek (internship) yang dibayar, walau tidak wajib, di perusahaan-perusahaan sejak akhir tahun pertama kuliah (bahkan ada beberapa yang sudah bekerja praktek sejak masih di SMA). Pembicaraan kayak “what are you doing this summer?” -“Google/Facebook/Apple/Amazon/LinkedIn/[insert startup here]” itu biasa banget.

Emphasis Stanford terhadap entrepreneurship benar2 kuat – aura entrepreneurship di sini adalah one of those things yang harus ada di sini untuk ‘ngerasain’ itu. Environmentnya luar  biasa kondusif. Kerja di small or start-up company adalah sesuatu yang hip di sini (bahkan banyak orang-orang yang angkat alis ketika perusahaan-perusahaan besar kayak Microsoft atau Yahoo disebut). Mahasiswa punya start-up itu biasa. Banyak faculty di sini yang entrepreneurs themselves atau berhubungan dekat dengan perusahaan2 (presiden Stanford, John Hennessy, adalah boardmember di Google dan banyak company lain) – dan mereka ready untuk mentor entrepreneurs secara langsung. Professor Frederick Terman, misalnya, menjadi mentor Hewlett dan Packard waktu mereka masih di garasi di Palo Alto, dan mendorong terbentuknya Silicon Valley. Larry Page dan Sergey Brin sering menyebut Professor Terry Winograd sebagai pengaruh besar terbentuknya Google. Di kampus, kami punya banyak seminar mingguan tentang entrepreneurship, kelas entrepreneurship, konferensi entrepreneurship, Startup School, dan banyak kontes-kontes entrepreneurship di kampus. Kami punya job fair khusus start-ups. Kedekatan kami dengan Silicon Valley membawa banyak tokoh bicara di sini – dalam tiga bulan pertama saya di Stanford, saya bertemu Seth Sternberg (cofounder Meebo), Peter Thiel (CEO Paypal & venture capitalist), beberapa venture capitalist dan eksekutif dari Facebook, Twitter, dan Foursquare. CEO Facebook, Mark Zuckerberg ‘mampir’ ke salah satu kelas pendahuluan Computer Science.

 

Yang paling penting dari semuanya adalah kenyataan kalau lebih dari 95 % murid S1 di Stanford tinggal di dalam kampus. Mereka semua tinggal di kamar yang berdekatan, dan makan di kafetaria yang sama hampir setiap hari. Hal terbaik tentang Stanford buat saya adalah pembicaraan-pembicaraan di meja makan dan perspektif-perspektif yang terdengar di kehidupan sehari-hari kami di sini. Karena akademis di Stanford nggak hanya berfokus di bidang-bidang sains atau teknik, semua orang biasanya punya perspektif yang berbeda ke permasalahan atau isu yang ada di masyarakat. Banyak yang mengira kalau di sekolah seselektif Stanford bakal sangat kompetitif, tapi itu nggak terjadi di sini. Stanford adalah sekolah yang punya fasilitas lengkap dan profesor yang terbaik di bidangnya, namun yang membuat Stanford luar biasa adalah mahasiswa-mahasiswa di dalamnya. Passion dan semangat mereka menginspirasi saya setiap hari, dan kolaborasi antar mahasiswa yang ada di lingkungan Stanford membuat satu sama lain semakin maju dan berkembang.

 

 

Punya pertanyaan spesifik tentang Stanford? Tulis komentar di form di bawah 🙂

[to be continued]


BAGIKAN
Berita sebelumyaIndonesia Mengglobal: Welcome Editorial
Berita berikutnyaResearch Assistantship
Veni Johanna is currently a software engineer at Quora. She graduated BS MS in Computer Science from Stanford University, California. In high school, Veni is the first female Indonesian representative at the International Olympiad in Informatics, where she received a silver medal. She can be reached at veni@indonesiamengglobal.com.

38 KOMENTAR

  1. pertamaxxx wakkkkkkk

    mau tanya. kalau ingin dapet beasiswa amannya sbg orng indonesia, itu daftar dl baru cr beasiswa, apa cari beasiswa dl?wow keren banget pengen bisa duduk disana dan mengambil ilmu dsana

    • ada beberapa ‘pilihan’ beasiswa – dari company, dari organisasi (kayak Fulbright) atau dari sekolah. Untuk yang sekolah prosesnya bedanya jauh untuk setiap sekolah. Tergantung banget juga apa kamu daftarnya undergraduate (S1) atau S2 ke atas. untuk S3 bisa liat post “Research Assistantship” yang bisa jadi salah satu pilihan. jadi no easy, general answer here 🙂

      blog ini bakal cover most of these different types though, jadi hopefully bakal lebih jelas intricaciesnya over time.

    • Setuju dengan Veni. Prosesnya beda tergantung tingkat sekolahnya (undergrad or grad school). Saya assume novrina mau apply untuk undergraduate?

      Untuk undergrad, ada school-based financial aid atau beasiswa sekolah yg umumnya di-apply bersamaan dgn pendaftaran masuk sekolah. Jadi informasi admission & financial aid bakal dikasih tahu bersamaan.

      Bakal segera ada sebuah blog mengenai ini. Stay updated ya!

        • Sori, salah tebak 🙂 Boleh tahu bidangnya apa?

          Untuk S2 mekanisme-nya juga tergantung sumber beasiswa-nya. Kalau beasiswanya dari sebuah organisasi (seperti Fullbright), kebanyakan perlu cari beasiswa dulu sebelum daftar & masuk sekolah (bisa lihat post “Beasiswa itu Mudah” oleh mbak Dewi).

          Teaching assistantship (asisten profesor utk memperlancar pengajaran) bisa di-apply setelah masuk sekolah. Alasannya begitu masuk sekolah, baru bisa kenal profesor2 disana dan bisa tanya apakah mereka perlu bantuan. Tapi teaching-assistantship biasanya diberi per semester/quarter tergantung keperluan.

          Research assistantship (RA-ship) biasanya diberi utk mahsiswa yg mau lanjut ke S3. Kadang profesor bisa beri RA-ship bahkan saat S2 kalau mahasiswa ini bisa melakukan penelitian utk profesor dan mau lanjut ke S3.

  2. I can see those (things you mentioned above) in the last 5 days I spent in Stanford. The only campus that compelled me to pursue a grad degree by far!

  3. Ci, mau tanya…
    Kalau mau dapat beasiswa penuh di bidang computer science, selain menang IOI hrs lomba apa lagi(yg diakui)?
    Cici kok pinter gitu belajar di mana?kira2 hrs belajar brp programming utk menang IOI?
    di Stanford, Cici pake  bahasa programming yg mana?

    • Hi Stacia,Nggak perlu menang lomba yang diakui kok – penerimaan di US sangat holistic… banyak international student di sini yang ga punya international achievements juga. beberapa punya activities luar sekolah yang oke banget. Basically banyak jalan menuju Stanford 🙂

      My advice is not to do something because you want to get something in return. In this case, don’t make winning IOI a goal because you want to get an admission to top US universities. Don’t learn programming *because* you want to win IOI. Just think about what you like, do what you like best, and everything else will follow. If “what you like” is programming, then great 🙂

      Di Stanford pake macem2 bahasa, beda buat setiap kelas.

  4. Halo.. ci Veni. aku mau nanya nih..admission requirements di Stanford jurusan CS apaan ya? sekarang otakku seperti kertas kosong. aku ga tau apa2, bisa tolong dijelaskan prosesnya? =) trus, kebanyakan senior di sekolah ku yg ada di top uni adalah anak olimp yg punya international achievement. jadi selama ini, aku assume kalau untuk msk uni bagus, harus punya medali inter. tapi aku gagal dalam perjalanan menuju OSN tahun ini, sementara aku sekarang tinggal setahun lagi di SMA. melihat balasan komen dibawah mengenai activities diluar sekolah yang oke banget, activities yg dimaksud seperti apa yg bs mempermudah diterima di sana ya? dan berapa nilai minimum toefl dan sat? trus, nilai raport SMA juga ya? bagaimana dengan tes masuk? Thanks ya.

    • Hi Incipient,Pertama, admission Stanford enggak berdasarkan departemen – jadi kalo kamu diterima di Stanford, mereka enggak peduli kamu mau masuk jurusan apa nantinya.

      Kedua, again – OSN bukan segalanya… kan bisa jadi kamu tim debat yang menang nasional, atau selama jadi ketua OSIS kamu menyelenggarakan acara yang terkenal dan oke banget… Mungkin juga kamu membuat non-profit organization yang sukses, ato kamu terlibat dalam research yang oke. Banyak jalan menuju Roma 🙂

      Nggak ada minimum TOEFL dan SAT, tapi mungkin ballparknya sekitar 110 (TOEFL) dan > 2000 (SAT). Again, penerimaan universitas itu holistik – kalo kamu bagus di aspek-aspek lain, nilai TOEFL dan SAT mungkin bisa agak diabaikan. Nilai rapor SMA juga diperhatikan, tapi, again, penerimaannya holistik. Nggak ada tes masuk.

      I recommend spending an hour or two reading http://admissions.stanford.edu

      Hope this helps!
      V

      • Ci Veni, saya denger dari beberapa org, kata mereka, beberapa uni ada age requirementnya. gmn dengan stanford? I will be 16 by the time i graduate from highschool. dan, yg ga pakai tes masuk itu, berlaku untuk semua orang atau hanya untuk jalur undangan?
        Thanks.

        • Hi Incipient, I’m not aware of such restrictions at Stanford, but don’t take my word on it. Semua orang ga ada tes masuk, cuma perlu SAT and TOEFL. In fact, most US universities do not have its own special entrance test.

  5. ci veni aku mau tanya. dlu ci veni smanya dimana? kalau aku dari sma nasional bisa nggak? terus bayar biaya pendaftaran masuknya gimana ya?

      • Hi Kilua,
        Dulu saya di SMAK 1 Penabur Jakarta. Bisa kok, mereka nggak terlalu ngeliat masalah itu.
        SAT itu wajib buat hampir semua sekolah undergraduate di US, termasuk Stanford. Alternatifnya adalah mengambil “ACT”, tapi I heard lebih susah buat International students.

        Hope this helps,
        – Veni

  6. kak, nanya deh, kalo persyaratan admisi dan segala macemnya itu apa aja ya? dan soal tes gitu, sama SAT nya gimana? makasi kak hehe

    • Hi caniggia,
      Thanks for the question. Persyaratan admission bisa diliat lebih jelas di admissions.stanford.edu. SAT salah satu syaratnya. Let me know if you have a more detailed question 🙂

      – V

  7. saya pengin kuliah di harvard, MIT or Stanford. Bagaimana sih persipannya? Ada nggak beasiswanya. Saya pengin belajar Kimia pertambangan. Mana yang bagus dr ketiganya. tks

    • hi Anisatur,

      Thanks ya komentarnya. Saran saya adalah mendaftar ke ketiganya, lalu baru memilih ketika pengumumannya keluar. Jarang sekali orang mendaftar ke 1 atau 2 universitas saja, dan karena universitas-universitas ini terkenal sulit, lebih baik mencoba semuanya dulu daripada membatasi pilihan sejak pendaftaran 🙂

      Secondly, kamu undergrad, grad atau PhD? totally beda prosesnya. Yang undergrad, proses umum bisa dilihat di sini http://indonesiamengglobal.com/2012/07/applying-to-us-undergraduate-colleges-how

      Hope this helps!
      – Veni

  8. Halo! Terima kasih untuk tulisannya. Sangat menginspirasi.
    Saya dengar, universitas-universitas di Amerika punya perkembangan yang cenderung lebih pesat dalam mikrobiologi lingkungan. Melihat tulisan teman-teman di situs ini, masih sedikit saya lihat bahasan tentang jurusan tersebut. 😀
    Apa ada info yang terkait?
    Saat ini saya masih menjalani perkuliahan di ITB, mengambil jurusan Mikrobiologi. Dan berencana untuk mencari beasiswa untuk mendalami Mikrobiologi Lingkungan di universitas di Amerika yang sains dan perkembangan ilmu mikrobiologi lingkungannya pesat. Saya terpikir Stanford atau Harvard. Bagaimana pendapat Anda?
    Terakhir, sampai saat ini saya belum menemukan cara atau informasi tentang cara menerima beasiswa ke universitas-universitas di Amerika yang termasuk Ivy League. Beasiswa, bukan tes mandiri. Apa Anda bisa memberi informasi terkait hal tersebut?
    Terima kasih atas tulisan dan perhatian Anda.
    Semoga selalu semangat dan bisa memberkati lewat tulisan dan kuliahnya di sana. 😀

  9. Mba Veni,

    Mau tanya tentang beasiswa di stanford. saya alumni Geologi, saya cukup tertarik untuk ambil master degree tentang earth science di sana. kira2 gimana peluang beasiswa disana? terutama untuk full scholarship? atau ada ga beasiswa research atau beasiswa di dapat dengan membantu professor disana?

  10. veni selama di stanford untuk biaya kuliah pake uang pribadi atau beasiswa/ financial aid? kalo iya, apa nama financial aidnya? gimana cara dapetinnya? n dulu daftar submission dulu baru cari beasiswa apa gimana?

  11. keren bgt. sy jg mw ambl s2. kl bidg komunikasi ato public relations at public policy, keren jg ga di stanford? sy seorg pns yg peduli jg dgn enterpreneurship, khususnya utk ibu rmh tga guna meningkatkan pendapatan keluarga agr anak2 bisa sekolah smp jenjang yg trtinggi. sya pkr bagian terakhir sgt menggugah minat saya untk bErbuat lbh bg indonesia/ perempuan indonesia dr kaum marjinal. Tlg pencerahannya. God bless you!

  12. kakak, salam kenal…
    saya dapet beasiswa dari perusahaan dan disuruh ke stanford…kemaren baru aja test ielts dan masih nunggu jadwal test gmat.
    yang saya mau tanyain:
    1.gimana akomodasi disana, soalnya saya berencana bawa keluarga ke sana, jadi kaya’nya kudu cari apartment atau rumah?
    2.berapa biaya hidup di sana (termasuk akomodasi, perkiraan kalo’ bawa keluarga), buat ngajuin proposal anggaran ke perusahaan (perusahaan cuma alokasi biaya hidup satu orang)?
    3.gimana soal makanan halal, soalnya saya seorang muslim?

  13. hi kak,salam kenal..
    saya olga ingin bertanya,saya ingin sekali melanjutkan S2 saya di unversitas Stanford,tapi saya masih kurang percaya diri dengan nilai ijazah SMA saya yang pas-pasan ,tetapi pada saat saya masuk fakultas Teknologi informasi,saya berjuang keras untuk bisa mendapatkan IP diatas 3,apakah universitas Stanford melihat nilai ijazah SMA kita ,lalu bagaimana step awal yang harus saya lakukan untuk mendapatkan beasiswa di universitas ini,krn saya sendiri kurang percaya diri,dan masih belum tau tahap tahapnya..terima kasih ..

  14. Kak aku masih kelas 1 SMA, aku pengen bgt dapet undangan UI tapi aku jg mau kuliah di harvard. Aku masih bingung jurusan yg aku ambil utk kuliah, aku sekarang ipa tapi cita2ku ada dibidang ips semua. Aku hopeless banget kak utk kuliah di luar aku msh bingung jurusan, kalau salah takutnya gagal semuaa trs disana jg mahal bgt, cara dapet beasiswanya gimana kak dan cara kakak belajar gimana tolong dijawab ya kak

  15. Selamat pagi mbak veni,

    Mbak, jika melanjutkan jenjang s2 ilmu komunikasi disana, peluang beasiswanya banyak ga mbak ?

    Dan apakah pengalaman kerja juga menjadi pertimbangan saat apply beasiswa s2 ?

  16. Salam kenal mba veni.. Perkenalkan saya andro alumni dari pertanian unpad bandung.. Saya tertarik sekali dengan tulisan mba di website indonesiamengglobal.com tentang studi mba veni di stanford university.. Saya juga punya mimpi yang serupa mba untuk melanjutkan studi s2 di stanford sloan school of business..

    Kalo boleh saya bercerita sedikit, 2 tahun ke belakang saat sedang kuliah saya sempat menjalankan bisnis di bidang jasa transportasi (travel) dan sekarang begitu saya sudah lulus saya sedang merintis/start up usaha di bidang pertanian.. Target 3-5 tahun ke depan saya punya mimpi untuk kembali melanjutkan studi s2 jurusan bisnis di beberapa kampus ternama dalam bidang bisnis di amerika (standford, harvard, pennsylvania, princeton, yale).. Tetapi dari sekian banyak persyaratan yang ada saya masih mempertanyakan seputar work experience dan score GMAT.. Adapun yang ingin saya tanyakan ke mba veni :

    1. Apakah pengalaman bisnis yang sudah dan akan saya jalankan nanti termasuk dalam kategori work experience yang sebagai salah satu persyaratan untuk mendaftar?
    2. Bagaimana cara belajar dan membagi waktu yang baik untuk saya persiapan s2 di jurusan bisnis selagi saya menjalankan bisnis start up?
    3. Boleh kah saya minta rekomendasi buku ataupun lembaga kursus yang bagus untuk persiapan TOEFL & GMAT?
    4. Beasiswa apa yang sekiranya bisa saya dapatkan (mayoritas mahasiswa indonesia yang kuliah s2 di stanford)? Adakah persyaratan khusus dari beasiswa yanh ditawarkan tersebut (misal : wajib menjadi founder dari social movement tertentu)?
    5. Boleh saya minta contact mba veni (FB, LINE, WHATS APP, WE CHAT, DLL) agar saya bisa bertanya lebih dalam dan cepat ke mba?

    Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, maaf jika saya mengganggu waktu mba veni..

    Salam
    Andro T.N

  17. Hi. Saya eis..
    Saya ingin melanjutkan study s2 joint degree MA/MPP di standford univ..
    Ada hal yg membingungkan saya ttg academic requirement.. tertulis selama 2 thn min mengmabil 95 unit.
    Apakah yg d maksd dengan unit? Apakah ini kredit?

  18. Salam kenal kak, aku pengen banget ngelanjutin S2 di stanford dan ngambil jurusan ekonomi. Apa saja persyaratan yang harus disiapkan kak? Apakah ada hal2 khusus lainnya utk bisa melanjutkan pendidikan disana? Trimakasih kak mohon bantuannya 🙂

Tinggalkan Balasan ke Applying to U.S. Undergraduate Colleges: How? Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here