Belajar di Jantung Eropa: Polandia!

1
3431
kampus Collegium Civitas di Warsaw Centrum. Foto oleh Mega Nisfa.

Pernah berpikir belajar di Polandia? Mungkin tidak. Tapi, tahukah kamu kalau Polandia merupakan tempat yang menarik untuk mengenyam studi lanjutan? Apalagi bagi kamu warga NTB! Mengapa? Simak cerita kontributor kami Mega!

Sebuah jalan menuju benua biru melalui Beasiswa NTB

Musim gugur tahun 2018 adalah pertama kali saya menginjakkan kaki di bandara Chopin, Kota Warsawa. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan belajar di negara ini, bahkan daftar universitas tujuanku saja masih seputaran Australia, Jepang, atau Belanda. Sampai akhirnya sebuah kesempatan datang di bulan September 2018 untuk menempuh studi Master bidang International Peace and Conflict Studies di Collegium Civitas, Warsawa. Tidak butuh waktu lama, kurang sebulan setelah itu saya dan 4 orang kawan lainnya menjadi “marcopolo” awardee beasiswa NTB. Disusul 2 pekan kemudian oleh 13 orang kawan lain dari angkatan pertama Beasiswa NTB.

Diinisiasi oleh Gubernur NTB Bapak Zukieflimansyah saat pelantikan beliau bulan September 2018, B=beasiswa ini memiliki target pengiriman 1000 mahasiswa NTB setiap tahun ke luar negeri. Banyak yang bilang mustahil, namun optimisme membangun bangsa dari jalur pendidikan harus kita mulai dari langkah pertama. Tidak mudah pastinya, apalagi beasiswa ini tidak menggunakan APBD sama sekali, melainkan mengandalkan CSR dari perusahaan-perusahaan yang beraktivitas di NTB serta jejaring di dalam dan luar negeri. Beasiswa ini merupakan “Hadiah dari NTB untuk Indonesia,” pesan Pak Gubernur Zulkieflimansyah, karena memang selama ini tingkat SDM di NTB masih menempati peringkat kedua dari bawah. Melalui pengembangan SDM ini, harapannya para pemuda NTB mampu membangun Indonesia tidak hanya dari dalam tetapi dari luar. 

Mengapa Polandia?

Cinderamata di pasar kota Warsawa. Foto oleh Mega Nisfa.
Cinderamata di pasar kota Warsawa. Foto oleh Mega Nisfa.

Polandia dipilih sebagai negara pertama tujuan beasiswa karena negara ini punya standar pendidikan yang baik seperti negara-negara Eropa lainnya, lokasinya yang strategis dijantung Eropa, biaya hidup yang murah, dan terbukanya peluang kerjasama yang semakin intens antara Indonesia dan Polandia di berbagai bidang seperti pendidikan, tenaga kerja, dan investasi. Bahkan, sudah ada MoU pengiriman tenaga kerja terampil Indonesia ke Polandia dalam jumlah yang cukup besar di tahun 2018.

Saya tidak berekspektasi apa-apa ketika tiba di sini. Informasi tentang studi di Polandia masih sangat minim, hanya mengandalkan satu-dua infrmasi di Youtube dan  salah seorang kawan yang sudah studi disini sebelumnya dari beasiswa Pemerintah Polandia (Ignacy Scholarship). Yang terbayang dibenak saya pada awalnya adalah sebuah negara dengan penduduk yang dingin, sedingin udaranya yang bisa mencapai -20 derajat di musim salju — tetapi kenyataannya ternyata berbeda. Bagi yang tak mengenal Polandia, mungkin menganggap negara ini masih tertutup, jauh dari demokrasi dan sebagainya. Namun, selama hampir 30 tahun, Polandia sudah berbenah menjadi negara republik yang demokratis. Terlebih lagi sejak adanya gerakan sosial masyarakat Non Violence Movement tahun 1990 (atau yang biasa di sebut solidarity movement) yang mendorong reformasi dan demokrasi di Polandia. Ibarat perempuan cantik yang sedikit angkuh, Anda mungkin tidak jatuh cinta pada pandangan pertama, namun semakin mengenal negara ini anda akan merasa semakin nyaman berada di sini. Biaya hidup yang hampir sepertiga negara-negara Skandinavia-bahkan hampir sama dengan Jakarta, pelayanan kesehatan yang baik, fasilitas public yang sangat family friendly dan standar pendidikan yang sama dengan Uni Eropa (Masuk 5 besar kualitas pendidikan terbaik di Eropa tahun 2018).

Di depan kampus. Foto oleh Mega Nisfa.
Di depan kampus. Foto oleh Mega Nisfa.

Menjadi mahasiswa Collegium Civitas

Kampus tempat berkuliah saya adalah Collegium Civitas, salah satu kampus swasta terbaik untuk jurusan Ilmu sosial dan Politik. Collegium Civitas berada di Gedung Palac Kultura i Naoki (Place of Culture and Sains), sebuah bangunan bersejarah di kota Warsawa yang merupakan hadiah dari Joseph Stalin. Dibangun pada tahun 1952 dan diresmikan tahun 1955, gedung ini berada di jantung Kota Warsawa dan menjadi salah satu pusat wisata di mana dari puncak gedung kita bisa menikmati nuansa kota yang indah. Dalam sejarahnya gedung bernuansa sosialis-realis tersebut menjadi saksi sejarah Polandia paska perang dunia kedua. Selain itu, gedung ini tadinya adalah istana yang dibangun oleh arsitek Lev Rudnev dan disebut The 8thsister karena memiliki 7 kembaran lain yang dibangun pada masa pemerintahan Stalin dan tersebar di beberapa tempat di Eropa Timur.

Kelebihan lain kampus ini tidak hanya lokasinya yang strategis, tetapi juga staf pengajar internasional. Tidak hanya akademisi, tetapi juga praktisi, anggota parlemen Uni Eropa, duta besar Polandia di beberapa negara, bahkan President of Warsaw terpilih tahun 2018. Sistem pengajarannya menggunakan Bahasa Inggris, sehingga mahasiswa internasional tidak kesulitan beradaptasi.

Iklim belajarnya pun begitu multikultural karena mahasiswanya yang berasal dari Amerika Serikat, India, Mongolia, Vietnam, Ukraina, Belarus, Maroko, Spanyol, dan banyak lagi.

Dalam perkuliahan, kami tidak hanya disajikan kemampuan akademis, tetapi juga beberapa mata kuliah lapangan dengan proyek sosial yang aplikatif bagi lulusan yang ingin menjadi praktisi. Di jurusan saya sendiri, sangat terbuka kesempatan untuk magang di Afrika, Uni Eropa, bahkan Amerika Serikat. Metode mengajar dosen yang lebih kepada pengembangan skill mahasiswa sangat memenuhi kebutuhan kami untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang dimiliki nanti ketika pulang ke tanah air. Bag saya, ini sesuatu yang penting sebab belajar keluar negeri harusnya tidak hanya untuk ilmu materi tetapi juga pentingnya networking.

GEREJA TUA DI KOTA kRAKOW
Gereja tua di kota Krakow. Foto oleh Mega Nisfa.

Menjadi mahasiswa internasional di negara yang tidak terlalu mainstream seperti Polandia mungkin di anggap tantangan terutama bagi mahasiswa Muslim. Melihat orang berhijab disini masih cukup langka, tidak seramai Jerman atau Belanda. Namun, hal tersebut bukanlah masalah besar, mereka hanya belum mengenal, ketika kita maumemperkenalkan diri tentunya mereka bisa mengerti.

Orang Polandia pada dasarnya memiliki karakter yang sangat penolong. Tidak terlalu ramah memang, tapi bia kita sudah kenal, mereka akan sangat baik dan menganggap layaknya saudara.

Polandia juga merupakan negara yang cukup aman. Kendala Bahasa memang sering menjadi masalah. Namun, di Warsawa, sebagian besar familiar dengan Bahasa Inggris. Penggunaan bahasa lokal biasanya standar untuk kehidupan sehari-hari, sehingga tidak bisa Bahasa Polandia bukan alasan untuk tidak bisa survive di sini. Belajar di Polandia mengajarkan saya tentang penerimaan dan tidak meng-under-estimate sesuatu dari penampilan luarnya. Tidak pada pandangan pertama, namun perlahan saya mulai jatuh cinta dengan negara ini.


BAGIKAN
Berita sebelumyaAn interview with Rio Koeswan on working in the animation industry in Canada
Berita berikutnyaMasuk NTU Tapi Sudah Diterima PTN? Bisa!
Mega Nisfa Makhroja is an International Peace and Conflict post-graduate student at Collegium Civitas, Warsaw, Poland, where she receives West Nusa Tenggara Province Educational Development Scholarship. Previously, she taught at Universitas Indonesia, State Polytechnic of Jakarta, and University of Mataram. She also currently serves at Experts Staff for West Lombok Parliament and volunteers at NGOs for youth leadership and sustainability.

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here