Penantian yang Menjadi Kenyataan untuk Menimba Ilmu di Luar Negeri

0
5836

Mengharap ridho dari orang tua serta bersabar dalam menjalani setiap proses mungkin merupakan rangkaian kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana perjuangan saya agar bisa menimba ilmu di Nanjing University, salah satu kampus terbaik di Negeri Tiongkok. Sebagai lulusan terbaik tahun 2011 dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, sebuah sekolah kedinasan yang dikelola oleh Kementerian Sosial, terbersit sebuah impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri dengan jalur beasiswa. Namun hal tersebut tidak dapat segera diwujudkan karena orang tua menginginkan saya mengikuti jejak mereka menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Kesabaran saya benar-benar diuji. Walaupun lulus dari STKS, ternyata saya tidak serta merta langsung bisa diangkat menjadi PNS. Adanya regulasi bagi lulusan STKS untuk tetap melalui mekanisme seleksi CPNS adalah satu tantangan yang harus dihadapi. Ditambah lagi, pada saat itu Pemerintah Pusat atau KEMENPAN RI menerapkan kebijakan moratorium penerimaan CPNS. Penerimaan CPNS baru dibuka kembali pada tahun 2013.

Selama periode penantian tersebut, saya mengisi waktu dengan mengajar bahasa Inggris bagi para karyawan Hotel Sahid Makassar dan menjadi asisten dosen di Universitas UIN Alauddin, STIKES Sandi Karsa, dan STIKS Tamalanrea Makassar. Alhamdulillah dengan beragam aktivitas untuk berbagi ilmu tersebut, saya terlatih untuk terus meng-upgrade kapasitas keilmuan, sekaligus menjadi individu yang lebih bermanfaat bagi orang lain.

Sebenarnya selama menjalani seabrek aktivitas itu, saya tetap berhasrat untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri dan ketika saya mencoba pun, tidak semulus yang dibayangkan. Hal ini mungkin karena memang adanya harapan orangtua yang menginginkan saya untuk menjadi PNS terlebih dahulu. Upaya pertama untuk menimba ilmu di luar negeri, saya lakukan ketika saya berangkat ke Malaysia untuk mendaftar global fellowship di University Sains Malaysia (USM). Hasilnya? Saya dinyatakan gagal bahkan sejak pada proses pemberkasan. Pada saat itu salah satu syarat yang tidak mampu saya penuhi adalah lampiran publikasi jurnal berskala nasional dan internasional.

Upaya berikutnya adalah beasiswa Erasmus Mundus, di mana saya bisa mencapai tahap interview via skype walaupun akhirnya hanya masuk kategori “waiting list”. Hal ini sempat membuat saya down, tapi saya berusaha untuk bangkit dan tetap mencoba. Lalu di tahun 2013 ketika ada peluang ke Belgia melalui VLIR-OUS Scholarship Program, saya kembali mencoba hingga mendapat offering letter dari Antwerp University. Namun saya tidak melanjutkan prosesnya karena pada tahun yang sama, penerimaan CPNS di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan kembali dibuka. Mengetahui hal tersebut, orang tua sangat mengharapkan saya untuk bisa ikut mendaftar. Setelah menjalani semua tahapan seleksi dengan baik, Alhamdulillah saya dinyatakan lulus menjadi CPNS di Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Februari 2014.

Karena status saya saat itu masih CPNS, aturan tidak memperbolehkan saya untuk dapat melanjutkan pendidikan melalui tugas belajar. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk kuliah S1 di Jurusan Psikologi Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar sembari mengumpulkan informasi lagi tentang beasiswa, dan mengikuti kelas TOEFL dan IELTS sebagai persiapan untuk mendaftar beasiswa. Saya ikut tes TOEFL ITP sebanyak 3 kali hingga mendapat skor 566. Walaupun beberapa persyaratan beasiswa telah saya penuhi tetapi saya mesti menunggu dan tetap bersabar, karena terkendala mendapat ijin untuk melanjutkan pendidikan.

Suasana kuliah di Nanjing University
Suasana kuliah di Nanjing University

Setelah mendapat SK PNS di bulan Februari 2016, memungkinkan saya untuk bisa melanjutkan pendidikan dengan status tugas belajar. Walaupun saya bisa mendapatkan fasilitas dan bantuan dana dari pemerintah tetapi saya lebih memilih untuk mencari beasiswa dari lembaga donor atau sponsor dari luar negeri. Mulailah saya menjadi scholarship hunter untuk kesekian kalinya. Setidaknya ada dua beasiswa yang saya coba yaitu Beasiswa Pemerintah Rusia dan China-Indonesia Exchange Extraordinary Scholarship melalui kuota dari KEMENRISTEK DIKTI. Setelah melengkapi semua dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftar kedua jenis beasiswa tersebut dan mengikuti proses seleksi, kemudian pada tanggal 8 Agustus 2016,saya mendapat email dari program pendidikan tinggi di Rusia untuk mendapat kuota partial scholarship scheme. Seminggu kemudian, pada 16 Agustus 2016, saya juga mendapat pengumuman dari KEMENRISTEK DIKTI yang menyatakan bahwa saya diterima di Nanjing University dengan full scholarship.

Setelah pengumuman tersebut, saya berkonsultasi dan meminta pertimbangan kepada Prof. Adi Fahrudin selaku dosen yang telah memberikan rekomendasi tentang beasiswa tersebut. Permohonan SK tugas belajar saya ajukan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk melanjutkan pendidikan di Tiongkok. Alhamdulillah pada tanggal 5 September 2016, saya akhirnya berangkat ke Nanjing, Tiongkok

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Tirai Bambu khususnya di Kota Nanjing, saya sempat mengalami culture shock dan homesick. Namun seiring waktu berjalan saya mulai beradaptasi dengan iklim, bahasa, budaya, hingga makanannya. Untuk poin yang terakhir saya sebutkan, Alhamdulillah di kampus tersedia kantin halal walaupun seringkali saya lebih memilih untuk memasak makanan sendiri.

Di Nanjing University, saya kuliah di Jurusan Social and Behavioral Sciences dengan major Master of Social Work (MSW). Sebelum menjalani perkuliahan tersebut, saya mengikuti kelas intensif program bahasa mandarin di tahun pertama. Di kampus ini terdapat banyak mahasiswa internasional dari berbagai belahan dunia. Teman sekelas saya ada yang berasal dari Eropa, Australia, Jepang, Korea Selatan, Timur Tengah dan lainnya. Menurut saya, suasana belajar di Nanjing University sangat mendukung dan kondusif. Terdapat berbagai fasilitas dan sarana belajar dan kegiatan ekstrakurikuler yang cukup lengkap. Atmosfir dan ritme belajar yang cepat, heterogen dan variatif mendorong para pelajar untuk terus berkembang.

Bersama dua mahasiswa Tiongkok
Bersama dua mahasiswa Tiongkok

Semasa kuliah di Nanjing University, saya belajar dan mencoba banyak hal. Saya menikmati keindahan wisata kota Nanjing, merasakan transportasinya yang sangat maju dan efisien, bisa bergaul dengan teman-teman Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) cabang Nanjing dan bertemu dengan banyak orang lokal. Disamping itu, saya juga bekerja part-time sebagai college representative di salah satu local NGO yang ada di kota Nanjing. Selain terus mendapat pengalaman dan wawasan global yang berharga, saya juga mendapat kesempatan untuk melatih bahasa mandarin saya secara langsung dengan orang lokal.

Tulisan di atas hanyalah gambaran pengalaman dan tracking bagaimana skenario terbaik dari Allah hingga akhirnya saya meniti karir sebagai PNS dan mampu meraih beasiswa di luar negeri. Bagi saya, keinginan untuk mewujudkan harapan orangtua bukan menjadi masalah tetapi sebagai lompatan dalam meraih impian-impian selanjutnya dan saya meyakini bahwa dengan memenuhi permintaan mereka akan mendapatkan ridho dan kesuksesan dari doa-doa yang mereka panjatkan.

Selain ridho dari orang tua juga dibutuhkan injeksi “virus” semangat dalam diri dan kesabaran untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita. Ingat mendapat beasiswa ke luar negeri bukanlah hal yang tidak mungkin untuk diraih tetapi juga tidak semudah yang dibayangkan. Ada harga yang harus dibayar berupa kerja keras, ketekunan, doa, dan tentunya kesabaran dalam menjalani prosesnya.

Kemudian jangan mudah menyerah dan keburu khawatir dengan kemampuan diri melihat banyaknya persyaratan berkas beasiswa yang dibutuhkan. Jangan pula serba dadakan untuk persiapannya. Jika merasa belum memenuhi persyaratan semisal kemampuan bahasa Inggris yang dianggap masih kurang, segera persiapkan dengan ikut kursus, membentuk kelompok belajar atau lewat internet yang menyediakan informasi dan pengetahuan yang nyaris tidak berbayar dan tidak terbatas.

Jadi pada dasarnya tidak ada alasan bahwa saya tidak bisa dan tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau dan terus berusaha. Saya sendiri biasanya mencoba auto-sugesti pada diri saya saat merasa pesimis melakukan suatu hal; “jika orang lain bisa, kenapa saya tidak?” Semua orang punya kesempatan untuk mendapat beasiswa dan yang membedakan bisa atau tidaknya itu kembali ke diri kita masing-masing, seberapa jauh usaha dan daya juang yang mau kita lakukan untuk mengeksekusinya.

Kemudian setelah kita sudah berusaha namun hasil yang diperoleh belum tercapai, jangan lantas putus asa. Sesuatu yang harus menjadi catatan bahwa seseorang yang sukses bukan mereka yang tidak pernah gagal tetapi mereka yang tidak pernah lelah untuk mencoba dan mencoba lagi hingga pada akhirnya mimpi yang selama ini mengganggu tidur mereka terwujud. I do believe it’s just the matter of time.

Insha Allah setelah menyelesaikan pendidikan di Nanjing University nanti, saya ingin beralih dari dunia birokrasi ke dunia pendidikan sebagai seorang akademisi dan peneliti. Selain itu, impian untuk melanjutkan PhD di Lund University, Sweden adalah hal lain yang ingin saya wujudkan selanjutnya.

Best of luck for those who are preparing for studying abroad and wish your dream comes true^^


BAGIKAN
Berita sebelumya(Mastering) The Art of Getting Rejected
Berita berikutnyaFrom comics to commerce: Why I studied Japanese.
Alamsyah was granted a Bachelor Degree on Applied Science in Social Work from Bandung College of Social Welfare, in which he was also awarded the Best Graduate by the Social Ministry in 2011. Recently, he is a student of Master of Social Work (MSW), Social and Behavioral Sciences Department; Nanjing University and also last year student of Psychology Department in East Indonesia University. Beside studying, he is keen to take part time job as college representative in local NGO “Connections” in Nanjing, China. At his home country, he currently works as a public officer (PNS) in the Social Service Office (Dinas Sosial) of South Sulawesi Province. Prior to that, he was an lecturer assistant in several universities in Makassar such as STIKS Tamalanrea, Stikes Sandi Karsa and UIN Alauddin and worked as English Tutor for English Club of Sahid Hotel English Training. As an aspiring person, he has a big eagerness to learn many extraordinary things especially about psychological and social issues, leadership, language, and values of different people. With his many things to achieve, he does not forget to spare his time to do other joyful activities, like traveling, reading, blogging actively in Kompasiana and doing sport especially tennis and badminton. Feel free to contact him at shizensyah@gmail.com or on his Instagram: shizensyah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here