Bagian Kedua: Mendaftar ke Cornell Tech MBA

1
5719

Halo para pembaca IM, artikel ini adalah lanjutan artikel pertama saya yang bercerita mengenai pengalaman saya mendaftar di program MBA Cornell Tech yang berkonsentrasi di bidang manajemen produk teknologi. Di sini, saya akan bercerita mengenai proses aplikasi saya hingga akhirnya diterima di Cornell Tech. Proses aplikasi akan saya bagi menjadi lima bagian yaitu tes TOEFL dan GMAT, penulisan CV atau resume, surat rekomendasi, penulisan esai, dan proses wawancara.

 

TOEFL iBT / IELTS & GMAT

Sebagai panduan, program MBA top 50 dunia pada umumnya memiliki persyaratan skor minimum untuk TOEFL iBT di angka 100 atau IELTS di angka 7 dengan masing-masing band tidak kurang dari 6.5. Berhubung saya memiliki gelar sarjana dari unversitas luar negeri di Monash University, sebenarnya saya tidak diharuskan untuk mengambil tes English Language Proficiency lagi. Namun saya memutuskan untuk tetap mengambil ujian TOEFL iBT untuk memperbesar kans saya diterima berhubung saya fasih berbahasa Inggris dan alhasil saya berhasil meraih nilai 115 dari 120. Pada waktu itu saya memilih mengambil TOEFL karena semua sekolah di Amerika menerima TOEFL tetapi tidak semua menerima IELTS.

Ilustrasi GMAT (Image Source: http://i.ebayimg.com/images/i/221771593827-0-1/s-l1000.jpg)
Ilustrasi GMAT (Image Source: http://i.ebayimg.com/images/i/221771593827-0-1/s-l1000.jpg)

Tes selanjutnya yang harus saya taklukkan adalah GMAT (Graduate Management Admission Test). Apabila kalian ingin diterima di program MBA top 50 dunia, maka kalian membutuhkan nilai GMAT 600 ke atas. Saya menyarankan jangan meremehkan GMAT terutama bagian Verbal, yang dirancang untuk mempersulit bahkan peserta ujian yang bahasa ibunya adalah bahasa Inggris. Mayoritas peserta ujian GMAT dari Indonesia, terutama lulusan universitas dalam negeri, kurang memahami hal tersebut sehingga memiliki nilai Verbal yang jauh di bawah nilai Quant.

Apabila kalian berminat mengambil kursus GMAT, saya sarankan carilah tempat kursus GMAT yang memenuhi dua syarat ini; pengajar dengan nilai GMAT tinggi dan rekam jejak yang kuat terutama di bagian GMAT Verbal. Tentunya sangat tidak masuk akal untuk mengharapkan nilai GMAT yang tinggi dengan belajar dari seorang guru yang memiliki nilai GMAT rendah atau bahkan tidak pernah mengambil tes GMAT sama sekali. Kalian dapat menilai rekam jejak sebuah institusi apabila mereka mencantumkan testimonial murid-muridnya di website mereka atau dapat juga meminta referensi murid dari institusi tersebut. Apabila tempat les atau kursus GMAT tersebut tidak mampu atau terkesan menyulitkan dalam memberikan informasi mengenai nilai GMAT instrukturnya atau rekam jejaknya, kalian patut meragukan mereka. Sayangnya, saya menemukan bahwa banyak sekali tempat kursus GMAT Jakarta yang seperti ini.

Untungnya, saat itu saya masih mampu menjalani persiapan GMAT sendiri. Setelah belajar intensif selama 6 bulan, saya berhasil meraih nilai GMAT 710 pada bulan Juli 2015. Saya sangat menyarankan buku-buku GMAT Official Guide untuk latihan soal dan tes simulasi GMATPrep dari www.mba.com karena kedua materi tersebut dirilis oleh GMAT sendiri.

 

CV / Resume

Pada umumnya, orang Indonesia berpikir bahwa CV bertujuan untuk memberi deskripsi pekerjaan mereka. Saya pun berpikir demikian pada awalnya. Namun saya menyadari bahwa universitas luar negeri, khususnya untuk program MBA, lebih menekankan kepada dampak yang kita berikan atau hasil yang sudah kita capai di perusahaan tempat kita bekerja.

S-A-R (Situation, Action, Result) adalah metodologi atau framework yang biasa digunakan untuk mencapai hal tersebut. Pertama, kalian menjelaskan situasi atau masalah yang dihadapi. Lalu kalian menjelaskan langkah atau tindakan yang diambil. Yang terakhir dan terpenting adalah mengemukakan hasil yang berhasil dicapai secara riil dan kuantitatif.

Di samping itu, universitas luar negeri, terutama di Amerika dan Eropa juga lebih  menghargai CV yang dibuat secara singkat dan padat. Terutama untuk program MBA top, mereka mengharuskan CV tidak lebih dari 1 halaman. Buanglah detil-detil yang bersifat pribadi dan tidak menggambarkan kemampuan kalian seperti foto, tanggal lahir, status pernikahan, dan lain-lain.

 

Surat Rekomendasi

Program top MBA pada umumnya mengharuskan kalian menyerahkan dua surat rekomendasi. Format surat rekomendasi tersebut pun tidak bebas dimana mereka mengharuskan beberapa pertanyaan dijawab dengan mendetil. Contoh pertanyaan adalah bagaimana performa kalian dibandingkan dengan rekan kerja yang setara atau sebanding dari segi pangkat atau posisi kedudukan. Pastikan atasanmu memberi contoh yang konkrit dalam jawabannya.

Untuk universitas MBA papan atas, mereka juga memberi batasan jumlah kata dalam penulisan surat rekomendasi. Sebagai contoh, salah satu program MBA 20 besar di dunia yang saya daftar yaitu UCLA Anderson memberikan batasan 1000 karakter termasuk spasi (~175 kata) untuk menjawab contoh pertanyaan yang saya berikan di atas. Untuk dapat menulis surat rekomendasi yang berkualitas dengan batasan jumlah kata yang sangat ketat ini mengharuskan atasan kalian dapat menulis secara singkat dan padat seperti seorang native speaker. Tentu ini akan sangat merepotkan apabila atasanmu tidak begitu fasih menulis dalam bahasa Inggris seperti kedua atasan saya. Ini adalah salah satu alasan saya memutuskan untuk menggunakan sebuah konsultan pendidikan dengan staf orang Indonesia yang memiliki tingkat kefasihan bahasa Inggris di atas rata-rata bahkan untuk ukuran native speaker.

Satu hal lagi yang harus diingat adalah program MBA mengharuskan surat rekomendasi profesional. Dengan kata lain surat rekomendasi tersebut harus dari atasan tempat kalian sedang atau pernah bekerja. Jadi jangan mengirimkan surat rekomendasi dari dosen kalian karena sudah pasti itu tidak akan diterima.

 

Penulisan Esai

Sangat penting sekali untuk mengetahui program MBA yang ingin kalian tuju secara mendalam sebelum mulai menulis esai. Pada umunya, ada tiga pertanyaan yang harus kalian jawab. Apa aspirasi jangka pendek dan jangka panjang, bagaimana gelar atau jurusan MBA akan membantu  kalian mencapai cita-cita tersebut, dan mengapa kalian memilih MBA di universitas tersebut. Apabila  kalian masih belum mempunyai bayangan atau gambaran yang jelas mengenai ketiga hal tersebut saya sarankan kalian untuk membaca artikel ini yang memberikan sebuah metodologi yang terstruktur dan komprehensif dalam merencanakan perkuliahan pascasarjana kalian.

Ilustrasi Menulis Essay (Image Source: http://awordedlife.com/wp-content/uploads/2013/11/writing-essay.jpg)
Ilustrasi Menulis Essay (Image Source: http://awordedlife.com/wp-content/uploads/2013/11/writing-essay.jpg)

Butuh waktu yang lumayan lama bagi saya untuk menyelesaikan esai di mana saya rata-rata melakukan perubahan sebanyak 15 hingga 20 kali per esai untuk satu sekolah. Jadi jangan anggap remeh bagian ini. Perkuat poin yang ingin kalian sampaikan di esai ini dengan cerita tentang latar belakang kalian sendiri. Contohnya adalah dengan menceritakan kejadian berarti dalam hidup kalian yang membentuk aspirasi atau cita-cita kalian.

 

Proses Wawancara

Tidak seperti sekolah bisnis lain, proses wawancara dari Cornell Tech MBA dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah wawancara yang bersifat behavioral / fit untuk menilai tingkat kematangan saya untuk program MBA di Cornell Tech. Yang kedua adalah case interview yang sangat mirip dengan bentuk case interview yang diberikan oleh perusahaan konsultan manajemen seperti McKinsey, BCG, Bain & Co. dan perusahaan teknologi terkemuka seperti Traveloka. Kedua wawancara ini saya lakukan melalui Skype dengan pihak sekolah.

Wawancara pertama yang saya lakukan adalah yang bersifat behavioral/fit seperti wawancara MBA pada umumnya. Sangat penting bagi kalian untuk mengetahui esai kalian secara mendetail karena hal tersebut akan diuji di dalam wawancara. Jangan kaget apabila jawaban-jawaban kalian baik itu mengenai rencana jangka pendek dan panjang, alasan ingin mengambil MBA atau mengapa kalian mendaftar ke sekolah tersebut dipertanyakan secara mendalam dalam wawacancara.

Satu pertanyaan yang pasti ditanyakan adalah “Walk me through your resume” (jelaskan riwayat pekerjaanmu). Bentuk alternatif pertanyaan ini adalah “Tell me about yourself” (ceritakan sedikit mengenai dirimu). Persiapkanlah jawaban untuk pertanyaan tersebut secara terstruktur dan singkat. Banyak sekali jenis pertanyaan wawancara lainnya yang dapat kalian temukan di internet.

Bahasa tubuh juga sangat penting dalam wawancara. Aturlah bahasa tubuh kalian sedemikian rupa sehingga memberikan kesan positif. Hal-hal kecil seperti posisi duduk yang tegak juga patut kalian perhatikan. Usahakan pula untuk selalu tersenyum dan anggaplah proses wawancara ini sebagai percakapan antara teman di lingkungan profesional. Dengan kata lain, jangan terlalu kaku tapi juga jangan terlalu kasual. Perbanyak latihan kalian sebelum proses wawancara ini sehingga kalian benar-benar menguasai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan.

Untuk case interview, yang ingin diuji adalah kemampuanmu memecahkan masalah bisnis nyata yang sering dihadapi oleh sebuah perusahaan teknologi. Sehari sebelum case interview tersebut, saya diberikan soal yang akan ditanyakan untuk dipersiapkan. Waktu itu soal yang saya dapat adalah “kamu adalah seorang manajer di sebuah perusahaan smartphone. kamu diberi tahu bahwa departemen engineering tidak mampu menyelesaikan proyek smartphone sesuai waktu. Apa yang akan kamu lakukan?”.

Dalam menghadapi soal seperti ini, tidak ada satu jawaban yang benar. Yang sekolah ingin uji adalah apakah pendekatanmu dalam menghadapi tersebut secara terstruktur dan komprehensif. Mereka juga ingin menguji apakah kalian mampu menganalisa pro dan kontra beberapa solusi alternatif yang kalian gagaskan. Pada waktu itu saya cukup beruntung karena mendapat bimbingan dari dua konsultan pendidikan yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan teknologi di Silicon Valley. Mereka berdua juga kebetulan memiliki latar belakang sebagai konsultan manajemen di BCG (Boston Consulting Group) dan A.T. Kearney.

 

Kesimpulan

Untungnya saya berhasil melampaui semua proses tersebut dan sukses diterima di program MBA Cornell Tech. Mendaftar ke sebuah program MBA adalah proses yang sangat panjang dan melelahkan. Bahkan menurut saya, prosesnya jauh lebih menguras tenaga dan pikiran dibandingkan dengan proses aplikasi beasiswa LPDP.

Apabila kalian merasa kewalahan dalam menanggani proses aplikasi sekolah, mungkin kalian dapat mempertimbangkan menggunakan jasa konsultan pendidikan yang berkualitas. Saya menilai kualitas tersebut dari beberapa dimensi. Pertama, apakah penyedia jasa tersebut terdiri dari alumni Indonesia lulusan top MBA yang hendak saya tuju. Kedua adalah track record atau rekam jejak mereka dalam membantu orang Indonesia berhasil masuk ke universitas papan atas.

Sekian dulu artikel dari saya. Semoga dapat membantu kalian yang tertarik untuk mendapatkan gelar MBA atau pascasarjana dari universitas top di luar negeri!

 

Photo Courtesy: ebayimg.com, consultingfact.com, awordedlife.com

1 KOMENTAR

  1. Halo, boleh tahu nama konsultan pendidikan yang waktu itu diikuti dan scope konsultasi serta biaya yang perlu dikeluarkan untuk jasanya? Trims 🙂

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here