End of Year Show di Columbia GSAPP

0
2736

Hampir setiap sekolah arsitektur memiliki tradisi pameran karya mahasiswa. Pameran semacam demikian selain menjadi ajang mahasiswa unjuk kemampuan, juga merupakan kesempatan bagi orang luar untuk menyelami kualitas akademik suatu sekolah. Di Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, tempat saya studi sarjana dulu, misalnya, ikatan mahasiswa arsitektur kami hampir setiap tahun mengadakan pameran karya mahasiswa dengan nama AFAIR UI (http://afairui.id/) di berbagai tempat di Jakarta–yang terkini diadakan di Galeri Nasional pada awal tahun 2016.

Di Graduate School of Architecture, Planning, and Preservation (GSAPP), Columbia University, tempat saya belajar sekarang, acara sejenis juga rutin diadakan dengan nama End of Year Show (EOYS). Tradisi tersebut sudah berumur hampir tiga puluh tahun, dimulai pertama kali di masa Bernard Tschumi, salah seorang arsitek tenar dunia, menjadi ketua departemen GSAPP. Pamerannya selalu diadakan di Avery Hall, gedung kuliah GSAPP, di akhir tahun akademik.

20160518_164914
Display pameran Advanced VI Arch Studio
20160517_085104
Display Library As… unit Mimi Hoang, Core II Arch Studio. Kelas Core II Arch Studio tahun ini mengolah tipologi perpustakaan.
20160517_085123
_Library For the Illiterate, Core II Arch Studio unit Christph Kumpusch.
20160517_083725
Long Span, Short Span, Core II Arch Studio unit Erica Goetz.
20160517_083547
Library Serendipity Study, kelas Core II Arch Studio unit Douglas Gauthier.
20160517_082116
Kelas Architecture Drawing and Representation.
20160518_165213
Advanced VI Arch Studio, Formless Ecologies.
20160518_164936
The New University, Advanced VI Arch Studio.
20160517_083916
Form Follows Photon: Library of Light and Shadow, Core II Arch Studio unit Stella Betts.

EOYS tahun ini diadakan pada 14-23 Mei 2016. Pameran ini menampilkan semua hasil karya mahasiswa dari semua program studi di GSAPP: Master of Architecture, Master of Science in Advanced Architectural Design, Master of Science in Critical, Curatorial, and Conceptual Practices, Master of Science in Historic Preservation, Master of Science in Architecture and Urban Design, Master of Science in Urban Planning, dan Master of Science in Real Estate Development.

Selama seminggu penuh setelah masa perkuliahan tuntas, ruang-ruang kuliah, koridor, tangga, hingga toilet (!) di gedung tempat kami belajar lantas disulap menjadi ruang pamer temporer. Dari dinding, lantai, hingga langit-langit menjadi ruang yang berharga untuk diolah sebagai tempat mahasiswa menyajikan gambar, maket, hingga instalasi arsitektural. EOYS juga menjadi momen ketika studio kami yang biasanya berantakan dengan barang di sana-sini terlihat sedikit lebih rapi.

20160518_164153
Lantai ruang kelas ikut diolah menjadi bidang tempel karya.
20160517_083053
Program studi Urban Planning menguasai tangga yang biasa kami lewati menuju kantin.
20160517_085626
Langit-langit dimanfaatkan untuk menggantungkan panel yang dapat digunakan untuk meletakkan maket.
20160518_134941
Water Urbanism, Urban Design Studio.

Hal yang paling saya sukai dari mendatangi pameran arsitektur mahasiswa adalah menikmati beragamnya kreativitas mereka dalam mengulik berbagai media pamer. Di EOYS, salah satu instalasi yang tak saya sangka adalah pameran Urban Planning Studio yang memakai gantungan baju serta membuat permainan “ular tangga” untuk mempromosikan moda transportasi air sebagai jalan pintas. Selain itu, jagoan saya adalah What if…? Then… Urban-scaled Architectural Speculation in Tokyo yang dibuat salah satu unit di Advanced VI Arch Studio dengan memakai tirai sebagai bidang cetak. Ada juga QSAPP (Queer Student of Architecture, Planning, and Preservation) yang mengkritisi fasilitas toilet di Avery Hall dengan intervensi gambar.

20160518_170726
Gantungan baju dipakai untuk menggantung panel karya.
20160518_165622
Instalasi QSAPP di toilet kantin.
20160518_170836
Permainan ular tangga untuk mempromosikan transportasi air.
20160518_164438
Tirai dimanfaatkan jadi bidang tempel. Karena ruang yang terbatas, tirai memungkinkan bidang display yang lebih luas karena bisa dibentang dan dirapatkan.
20160518_164349
Ketimbang memakai meja yang sudah ada, mahasiswa arsitektur senang mengolah bidang dengan berbagai cara untuk meletakkan objek pamer.
20160518_164840
Bagian pameran ini bisa dinikmati dengan menggunakan kamera handphone.
20160517_083757
Dengan banyaknya materi pamer, sistem indeks jadi salah satu strategi menyiasati alur informasi karya.

Karena bertepatan dengan kelulusan, EOYS juga menjadi kesempatan buat orang tua mahasiswa untuk dapat melihat apa yang anak-anak mereka kerjakan di GSAPP. Selain itu, banyak calon mahasiswa yang datang untuk mengetahui seperti apa karya-karya studio di GSAPP dan mahasiswa dari universitas lain yang berkunjung untuk membandingkan produk akademik antara GSAPP dan universitas tempat ia belajar. Singkat kata, selepas dua semester yang menguras pikiran, EOYS menjadi puncak bagi mahasiswa untuk dapat menikmati karya sendiri dan menunjukkannya pada orang lain.

20160518_172321
Studio Advanced Architectural Design.
20160518_165110
Olah material di kelas Surface, Screen and Structure, Visual Studies Seminar.
20160517_082331
Architecture Drawing Representation. Pintu pun tak luput jadi bidang pamer.
20160517_085506
Salah satu maket di kelas Core II Studio.
20160517_085154
Salah satu maket di kelas Core II Studio.
20160518_134803
Salah satu maket di kelas Advanced IV Arch Studio.
20160518_172547
Booklet pameran EOYS 2016.

 

Photo Courtesy: Author’s Collection


BAGIKAN
Berita sebelumyaWhat You Can Do in Indonesia, but Cannot in Denmark (or vice versa)
Berita berikutnyaPengalaman Kuliah di International Islamic University Malaysia
Robin Hartanto graduated from Universitas Indonesia in 2012 and currently studies Critical, Curatorial and Conceptual Practices in Architecture at Columbia University. His practices examine the roles of exhibition and publication in contemporary architectural discourses. He co-curated the Indonesia Pavilion in Venice Biennale (2014), “A Conservation Story”—an exhibition of Five awardees of UNESCO Asia-Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation in Indonesia (2014), and Universitas Pelita Harapan Architecture Triennial “Waktu Adalah Ruang” in Kota Tua, Jakarta (2015). Previously, he worked as a junior architect at Avianti Armand Studio, a writer at Yahoo! Indonesia, and a lecturer at UPH.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here