Wawancara dengan Staff Konsulat Jendral Republik Indonesia di San Fransisco

0
3641

Kami mewawancarai Pak Bernard Loesi, staff Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) di San Fransisco tentang pekerjaannya di KJRI dan bagaimana asal mulanya ia sekarang menjadi bekerja untuk Pemerintah Indonesia di luar negeri. Semoga wawancara ini bermanfaat untuk teman-teman yang tertarik untuk meniti karir di bidang konsuler untuk Republik Indonesia. Terima kasih Pak Bernard atas kesediaan dan waktunya untuk diwawancara!

1. Pak Bernard asalnya dari Indonesia di bagian mana? Boleh diceritakan tentang sejarah asal mulanya melamar kerja di Department Luar Negeri, sampai akhirnya ditugaskan sebagai staff KJRI di San Fransisco? Apa yang membuat Pak Bernard tertarik melamar kerja di Deplu?

Asal saya dari Kupang, NTT, tapi saya lahir dan besar di Jakarta. Jadi agak-agak tidak jelas juga asalnya dari mana. Saya kuliah jurusan Hubungan Internasional tahun 1995 dan lulus tahun 2000. Setelah menjadi journalist sekitar 2 tahun, saya coba melamar di Deplu (waktu itu namanya masih Deplu, belum Kemlu) tahun 2002 dan pada tahun 2003 setelah mengikuti serangkaian ujian, maka saya diterima sebagai pegawai Deplu.

Yang membuat tertarik adalah bahwa saya bisa memiliki kesempatan untuk menjadi pelayan masyarakat. Karena jurusan saya Hubungan Internasional, maka saya kira pada saat itu yang paling pas untuk melayani masyarakat adalah dari Deplu. Kebetulan, saya adalah PNS pertama di keluarga saya jadi agak-agak tidak menyangka kalau saya akhirnya terjun sebagai PNS.

2. Sebelum ditugaskan di KJRI San Fransisco, Pak Bernard pernah ditugaskan di mana lagi?

Setelah diterima tahun 2003, kami diwajibkan untuk mengikuti Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) selama 1 tahun. Ada 98 orang, termasuk saya, yang diterima di Sekdilu. Pada saat Sekdilu, saya ditugaskan sebagai on-the job training/magang di KBRI Singapura selama 3 bulan. Setelah itu, saya magang di Deplu selama 1 tahun di Ditjen Protokol dan Konsuler. Pada tahun 2006 s/d 2008 saya ditugaskan di Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik Deplu. Tahun 2008-2011 saya ditugaskan di Filipina dan ketika kembali ke Jakarta saya ditugaskan kembali ke Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik sampai tahun 2014. Tahun 2014 saya ditugaskan di KJRI San Francisco dan tiba disini bulan Juli 2014.

3. Saat pertama kali sampai di Amerika, apakah Pak Bernard merasakan cultural shock? Hal atau pengalaman apa saja yang berkesan saat baru di Amerika?

Cultural shock hanya sebatas makanan dan suhu udara saja sebetulnya. Karena kita di Deplu pusat ataupun Filipina juga kerap berhubungan dengan mitra-mitra asing, termasuk dari negara-negara Barat, jadi untuk penyesuaian tidak terlalu masalah. Untung disini cukup banyak rumah makan Asia atau swalayan yang menjual makanan Asia, jadi sedikit terobati. Untuk cuaca, mau tidak mau saya harus rajin pakai jaket atau sweater.

4. Sudah berapa lama Pak Bernard bekerja di KJRI SF?

Kalau dihitung dari ketibaan saya tanggal 4 Juli 2014, berarti saya sudah 1 tahun lebih 1 bulan berdinas di KJRI SF.

5. Title Pak Bernard di KJRI SF kalau gak salah adalah “Consul for Information and Socio-Cultural Affairs”, boleh diceritakan job description Bapak sehari-hari kira-kira seperti apa?

Bidang Information and Socio-Cultural atau Public Diplomacy Affairs adalah bidang yang sudah saya geluti sejak tahun 2006. Yang pertama adalah memperkuat hubungan antar masyarakat Indonesia dan AS (people-to-people contacts), karena untuk level pejabat kenegaraan, hubungan bilateral kedua negara sudah berjalan baik. Tinggal kita memastikan bahwa hubungan baik itu bisa dibawa ke tingkat akar rumput.

Yang kedua adalah bagaimana mengenalkan dan mempromosikan kepada masyarakat di AS mengenai aset-aset yang dimiliki Indonesia: negara terbesar ke-4 di dunia, negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, negara yang demokratis, menghargai hak-hak perempuan, memiliki perekonomian yang progresif, dll. Dengan melakukan hali ini, diharapkan citra Indonesia di San Francisco dan sekitarnya akan ditingkatkan.

Yang ketiga adalah membina hubungan baik dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah kerja KJRI SF. Pembinaan ini kiranya diperlukan agar masyarakat Indonesia disini dapat memperkuat rasa kekeluargaan sesama warga Indonesia, dapat saling membantu, dll. Sebagai wadah komunikasi, KJRI juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam facebook KJRI SF di https://www.facebook.com/kjriSanFrancisco dan Twitter KJRI SF di https://twitter.com/kjri_sf

5. Masyarakat Indonesia umumnya mengasosiasi kedutaan Indonesia hanya dengan perpanjangan paspor, pelaporan diri, atau aplikasi visa. Saya yakin masih banyak servis atau bantuan lain lagi yang ditawarkan oleh kedutaan yang belom tentu semua orang tahu. Kira-kira servis atau bantuan apa yang KJRI SF berikan untuk masyarakat Indonesia, yang selama ini mungkin banyak orang belum tentu tahu?

Betul. Hal-hal tersebut memang merupakan kewajiban Kedutaan/Konsulat Jenderal Indonesia di negara- negara sahabat. Banyak masyarakat kita yang belum tahu bahwa informasi mengenai pelayanan masyarakat dapat diperoleh melalui website KJRI di www.kemlu.go.id/sanfrancisco

Disamping itu, pada masa lalu proses perpanjangan paspor, visa, lapor diri, ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam jangka waktu antara 2-5 minggu. Saat ini KJRI sudah melakukan pembenahan internal sehingga apabila berkas sudah lengkap, maka seluruhnya harus diselesaikan dalam jangka waktu antara 3 s/d 5 hari kerja. Untuk kasus-kasus darurat tertentu (paspor dicuri, dsb), bahkan bisa diselesaikan dalam hitungan jam. Dan….. semua biaya HARUS dilakukan sesuai peraturan, tidak ada kebudayaan suap menyuap di KJRI SF.

Kami sangat menghimbau agar masyarakat dapat mengetahui dokumen-dokumen maupun berapa biaya yang harus disiapkan melalui website KJRI, dan setelah dilengkapi, silahkan dikirim via pos (1111 Columbus Avenue, San Francisco) atau diantar langsung ke KJRI antara pukul 09.30-13.00, kecuali hari libur. Kami sudah komitmen bahwa pengerjaan tidak lebih dari 5 hari kerja. 

 

Photo credit: wikipedia.org


BAGIKAN
Berita sebelumyaYang unik, ya sekolah seni!
Berita berikutnyaMeninggalkan Jejak Pribadi
Bernard Loesi berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ia lahir dan dibesarkan di Jakarta. Setelah lulus kuliah jurusan Hubungan Internasional pada tahun 2000, Ia menjadi pegawai Department Luar Negeri sejak tahun 2003. Sekarang Pak Bernard menjabat sebagai staff konsuler Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) di San Fransisco.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here